Show simple item record

dc.contributor.authorEsfandiari, A.
dc.contributor.authorWulansari, R.
dc.contributor.authorMurtini, Sri
dc.contributor.authorWibawan, I Wayan Teguh
dc.date.accessioned2010-04-20T10:32:49Z
dc.date.available2010-04-20T10:32:49Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5749
dc.description.abstractPenelitian ini dilakukan dalam upaya mempelajari prospek penggunaan kolostrum sapi sebagai pabrik bahan biologis dalam memproduksi antibodi (IgG) spesifik terhadap Enterotoxigenic E. coli untuk kepentingan imunoterapi pasif kasus diare neonatal akibat ETEC. Induk sapi bunting diinjeksi dengan vaksin enterotoxigenic E. coli K-99 polivalen dengan dosis 5 ml/ekor secara intra muskuler pada 8, 4, dan 2 minggu sebelum induk sapi diperkirakan akan melahirkan. Sebelum diberikan vaksinasi, induk sapi diberi immunomodulator 1 mg/kg BB secara per-oral selama 3 hari berturut-turut. Pengamatan terhadap status kesehatan induk sapi mengikuti waktu pengambilan darah. Sampel darah diambil melalui vena jugularis setiap minggu, dimulai sejak sebelum divaksin hingga induk sapi melahirkan, untuk diperiksa terhadap parameter eritrosit, leukosit, antibodi terhadap Enterotoxigenic E. coli, kadar total protein, albumin dan globulin darah. Sampel kolostrum hiperimun pertama kali dikoleksi segera setelah induk sapi melahirkan sampai 5 hari pertama pemerahan, untuk diperiksa terhadap kandungan antibodi anti E. coli. Analisis terhadap antibodi anti enterotoxigenic E. coli K-99 di dalam serum dan kolostrum dilakukan menggunakan teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pengamatan induk sapi memperlihatkan permukaan mukosa mata, mulut, vulva berwarna rose, licin, lembab, mengkilat, dan tidak ada perlukaan. Tidak ada discharge (ingus) yang keluar dari lubang hidung. Konsistensi, bentuk, dan bau tinja tidak mengalami perubahan. Urin berwarna jernih kekuningan. Frekuensi defekasi dan urinasi tidak mengalami perubahan. Suhu tubuh, frekuensi nadi, dan respirasi induk sapi setelah divaksinasi berturut-turut maíz berada dalam kisaran normal. Parameter eritrosit cenderung mengalami peningkatan hingga induk partus. Kadar total protein dan gamma globulin serum mulai meningkat pada 2 bulan sebelum partus, mencapai level maksimal pada 1 bulan sebelum partus, kemudian mengalami penurunan pada saat mendekati waktu partus. Antibodi enterotoxigenic E. coli K-99 mulai terdeteksi pada satu minggu setelah pemberian vaksin yang pertama. Hasil positif adanya antibodi enterotoxigenic E. coli K-99 tetap terlihat pada minggu-minggu berikutnya sampai dengan 1 minggu setelah vaksinasi ketiga. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksinasi dengan enterotoxigenic E. Coli K-99 polivalen selama tiga kali dengan selang waktu 2 minggu kepada induk sapi yang sedang bunting tua (berada pada periode kering kandang) tidak menyebabkan efek negatif (seperti demam, hipersensitifitas, shock, stress, dan abortus). Selain itu, induk sapi bunting yang divaksin dengan vaksin enterotoxigenic E. Coli K-99 polivalen mampu memproduksi antibodi spesifik terhadap enterotoxigenic E. Coli K-99 di dalam darah induk dan kolostrumnya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subjectimunoterapi pasif, enterotoxigenic E. Coli K-99, kolostrumid
dc.titleProduksi Kolostrum Anti Enteropatogen Spesifik dalam Rangka Imunoterapi Pasif Guna Mencegah Kematian Noenatal Akibat Diareid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record