dc.description.abstract | Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak ditemukan, baik di negara sedang berkembang maupun negara maju. Kelompok masyarakat yang rentan diantaranya ibu hamil dan perempuan usia subur (PUS). Identifikasi faktor risiko diperlukan dalam penajaman program mengatasi anemia. Tujuan: Menganalisis perbedaan karakteristik antara kelompok anemia dan non-anemia, serta faktor risiko non-pangan terhadap anemia defisiensi-besi pada kelompok PUS. Metode: Analisis data sekunder dari Survey Kesehatan Nasional (SURKESNAS) 2001. Kriteria sampel adalah PUS berusia 15-45 tahun dengan sampel darah dan diukur kadar hemoglobin (Hb). Sebanyak 4.893 sampel memenuhi syarat analisis, yang diperoleh dari 13.000 sampel. Analisis faktor risiko anemia menggunakan regresi logistik. Hasil: Rata-rata hemoglobin, indek massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan tingkat pendidikan lebih rendah pada perempuan anemia dibandingkan dengan non-anemia defisiensi-besi (p<0,01). Indikator lain seperti umur, tinggi badan, risiko linkar pinggang/pinggul, pendapatan, aktivitas fisik, status merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, dan status perkawinan tidak berbeda diantara kedua kelompok. Peubah status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, dan tekanan darah diastol berhubungan nyata dengan kejadian anemia, defisiensi-besi (p<0,01). Analisis regresi logistik menunjukkan, kelompok PUS dengan IMT <18,5 enderung tidak anemia (OR=0,6)dibandingkan kelompok dengan IMT <18,5 (p=0,00). Kelompok PUS dengan IMT <25,0 berpeluang menjadi anemia sebesar 1,3 dibandingkan PUS >25,0 (p=0,00). kesimpulan: Ukuran Antropometri berhubungan dengan risiko terjadinya anemia defisiensi-besi. PUS dengan IMT tinggi cenderung tidak anemia defisiensi-besi. [Panel Gizi Makan 2010, 33(2): 102-109 ] | en |