Model kebijakan risiko korporasi pada agroindustri kelapa sawit
Date
2011Author
Jayaprawira, Acep R.
Jamaran, Irawadi
Fauzi, Anas Miftah
Marimin
Sukardi
Metadata
Show full item recordAbstract
The palm oil industry is one of the leading agro-industries in Indonesia, since it has a relatively significant contribution to the government tax revenue and absorbs more than three million workers in this field. In 2009, it is predicted that the plantation area will be 9.2 million hectares and will produce 21 million to 37.6 million tons Crude Palm Oil (CPO). Comparing to Malaysia, Indonesia has a broader area of palm plantation but unfortunately it has a lower productivity and quality. One of the reasons is that most of our palm oil corporations do not have an integrated policy on how to respond to the risks that are inherent in daily operations, both in estates and palm oil milling. The main objective of the research is to develop a model of corporate risk portfolio for palm oil agro-industry. The model developed in this research is corporate risk portfolio model for palm oil agro-industry. It includes risk assessment model, risk measurement model, risk strategy model and decision making model. Methods used in-clude Fuzzy-AHP, Analytical Network Process (ANP), Enterprise Risk Management and Value at Risk, There are some generic risks such as drought and fertilization process (in the plantation); milling plant stagnation, high free fatty acid content, high losses exceeding the normal content and low Oil Extraction Rate (in the milling plant). Some specific risks are: stealing/burglary, pests, community land claim of the plantation area, insufficient means of transportation, bad infrastructures conditions, and the Dayak tribes' land squatting problems. Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang potensial di Indonesia, karena memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional dan menyerap lebih dari tiga juta pekerja di bidang ini. Pada tahun 2009, kelapa sawit diperkirakan ditanam dalam luas lahan 9.2 juta hektar dan akan menghasilkan 21 —37.6 juta ton Crude Palm Oil (CPO). Dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia memilifd luas lahan yang lebih besar tetapi dengan produktivitas dan kualitas yang lebih rendah. Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar perusahaan minyak sawit tidak memiliki kebijakan yang terintegrasi terhadap bagaimana merespon risiko yang dihadapi dalam operasional sehari-hari, baik dalam hal lahan maupun pengolahan minyak sawitnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah model kebijakan risiko korporasi kelapa sawit yang efektif. Model yang dikembangkan adalah model kebijakan risiko agroindustri kelapa sawit. Model ini mencakup model penilaian risiko, model pengukuran risiko, model strategi risiko dan model pengambilan keputusan alternatif kebijakan risiko. Metode yang digunakan diantaranya adalah Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (AHP), Analytical Network Process (ANP), Enterprise Risk Management dan Value at Risk, Terdapat beberapa risiko yang generik antara lain kekeringan akibat kemarau panjang, risiko pemupukan, risiko pencurian, risiko klaim atas lahan oleh warga, risiko pemagaran, risiko transportasi, risiko langsiran dan risiko hama dan penyakit, risiko jumlah dan kualitas SDM yang tidak memadai, risiko meningkatnya harga BBM dan Energi, risiko bibit dan pembibitan, risiko kesalahan pemilihan lahan, risiko kegagalan panen serta risiko kurangnya pemeliharaan tanaman.