dc.description.abstract | Utang luar negeri bisa diibaratkan seperti istri simpanan. Ketika kekayaan sedang bergelimang dan trend pendapatan cenderung terus menanjak, ia diisap madunya dan dipuja sebagai sumber inspirasi dan sumber semangat hidup. Ketika, kemiskinan berada di depan mata, ia adalah pihak yang pertama kali dicampakkan, dan bahkan kalau mungkin tidak diakui keberadaannya. Ketika suatu negara menghadapi krisis neraca pembayaran (balance of payment crisis), utang luar negeri sering dijadikan kambing hitam penyebab krisis. Kecenderungan semacam ini tentu tidak tanpa alasan. Pada awal tahun 1980-an, negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Mexico, dan Brazil mengalami krisis yang disebabkan oleh kegagalan mereka dalam mengelola utang luar negeri secara baik. Dan karena kita memiliki jumlah utang yang besar ( 58% dari PDB) ketika krisis finansial mulai melanda Asia, serta merta dituding sebagai penyebab krisis. | en |