Show simple item record

dc.contributor.authorWidodo, Yudi
dc.contributor.authorGinting, Erliana
dc.contributor.authorPrasetyanti, Nila
dc.date.accessioned2010-12-20T01:42:04Z
dc.date.available2010-12-20T01:42:04Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42243
dc.description.abstractSebagai [~c~igllaski;l~ rbollicl~.yi~i~l tigd ilengkal~ki ccukupi~v~iit il~niA~ ld ill1 C sertil tni11~1.aulb. ijiilil~- bukan saja sesuai u~ituk ballan pangan segar, tetapi juga nienarik u11tok diproses dalan~ induslri serta pakan. Luasnya penggunaan ubijalar tersebut sesungguhnya dapat sebagai pemicu dan pemacu sisteni agribisnis yang berkelanjutan. Keberlanjutan sistem agribisnis sekaligus merupakan bukti bahwa petani terbina kesejahteraannya; sebaliknya sistem agribisnis yang tidak mampu membina kesejahteraati petani akan terbinasakan, karena ditinggalkan oleh petani untuk mencari patron yang mampu menyejahterakan. Dalam sistem agribisnis ubijalar, petani yang berada di hulu sebagai penyedia bahan baku pada subsistem budidaya menghadapi masalah yang tidak mudah untuk diatasi. Penyediaan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan serta munculnya masalah gangguan fisik kekurangan air atau sebaliknya, gangguan hama penyakit serta ' tetap menjaga kesuburan tanah untuk waktu panjang sudah sangat menyita waktu, tenaga dan biaya petani di subsistem budidaya. Oleh karena itu, sungguh sangat tidak manusiawi apabila subsistem yang berada di hilir (pemasaran dan pengolahan) justru menjadi agensia yang melucuri hak petani untuk meraih kesejahteraan, akibat mengejar keuntungan jangka pendek semata. Komersialisasi dalam agribisnis memang menjadi aksioma, tetapi jangan justru di sisi lain memperpanjang petani tetap pada kondisi subsisten, artinya sebagian waktu dan tenaga guna beraktivitas hanya cukup untuk mengisi perut. Kebijakan yang diperlukan untuk keberlanjutan agribisnis ubijalar yang berpihak petani, tanpa nierugikan agensia petnasaran dan pengolahan seharusnya dikukuhkan dalam bentuk kemitraan. Dengan pola kemitraan ini, dapat dicegah kejenullan pasokiltl, yang bcrakibat pada ke~nacctanp nsar dan lcbili fatal lagi tidnk berhargn (tidak laku). Pada pola ke~nitraan, l~ak dan kewajiban para pelaku agribisnis akan dituangkan dala~n bentuk kontrak atau petjanjian yang mengikat tetapi tidak tnemaksa. Dengan detnikian dari awal petani akan sadar dan faham taraf liarga yang akan diterimanya, sehingga berapa luas lahan yang akan ditanami serta tirigkat produktivitas yang ingin dicapai menjadi tanggung jawabnya. Membangun pola kemitraan yang sangat transparan justru ~nenghilangkan keunikan agribisnis. Asimetri infortnasi akan lenyap dengat) transparansi, padnhal itu adalali kunci pemikat subsistem pengolahaii dan pemasamii.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleTantangan keberlanjutan sistem agribisnis ubi jalar dan kebijakan yang diperlukanid
dc.title.alternativeProsiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanianid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • Proceedings [2790]
    Proceedings of Bogor Agricultural University's seminars

Show simple item record