Wisata gua sebagai alternatif terapi anak autis dan phobia gelap (Achluophobia)
Date
2008Author
Fakhrozi, Irzal
Nilasari, Indri
Listyowati, Ari
Iman, Nurul
Metadata
Show full item recordAbstract
Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatnn perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dun daya tarik wisata. Sedangkan ~ ~ i s agtuaa merupakan wisata dengan gua sebagai objek utama. Kondisi gua yang gelap, tenang, dilengkapi dengan keindahan ornamen-ornamen, serta keanekaragaman fauna gua, menawarkan suatu kondisi yang bisa digunakan sebagai alternatif dalam terapi anak autis dun achluophobia (takut gelap). Tujuan penulisan ini adalah memberikan suatu rekonzendasi alternatif terapi untuk anak autis dun achluophobia dengan berwisata ke p a . Analisis wisata gua, autisme dun achluophobia dilakzrkan melalui studi pustaka. Terdapat tiga pendekatan untltk autisme yaitu terapi perilaku, terapi biomedik dun terapi tambahan lain (Wiguna, 2004 dalam Astuti, 2006). Wisata gua bisa menjadi alternatif terapi perilaku. Anak autis mempunyai masalah dalam ha1 berkomunikasi, berelasi (berhubungan) dun berimajinasi. Wisata gua meningkatkan hubungan dun komunikasi yang lebih intensifantara anak autis dun orang tua. Anak autis tidak perlu khawatir perilaku mereka terlihat karena kondisi gua yang gelap. Suasana gua yang sunyi, suara tetesan air dapat menciptakan ketenangan dalam diri anak yang bersangkutan. Perlakuan ini diharapkan dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dun mengurangi kemungkinan berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan. Sedangkan terapi untuk anak phobia gelap dilakirkan dengan "terapi desentisisasi" secara herlahap untiik ~nei~gatle(lrn osinya. Anak dikenalkan atail diajuk nzendatangi objek yang ditakutinya (Soesilo~c~u2ti0, 06), dalam ~jisatag ua adalah kegelapan. Kondisifisik gua dapat direkonzendasikan sebagai salah satu alternatif untuk terapi anak autis dun achluophobia.