LAPORAN PENELITIAN : Intervensi Telur dan Susu di Pasuruan: Analisis Asupan Gizi dan Status Gizi Balita
REPORT SERIE 6
Abstract
Status gizi anak balita merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak. Masa balita (usia 0–59 bulan) merupakan periode kritis dalam siklus kehidupan manusia karena pada fase ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang bersifat permanen dan sulit diperbaiki pada tahap kehidupan selanjutnya (Victora et al., 2008).
Secara konseptual, status gizi menggambarkan kondisi tubuh sebagai hasil dari keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan tubuh, serta dipengaruhi oleh kemampuan tubuh dalam memanfaatkan zat gizi tersebut (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2016). Pada anak balita, status gizi umumnya dinilai melalui indikator antropometri seperti berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang masing-masing mencerminkan kondisi gizi secara umum, kronis, dan akut (WHO, 2006). Ketidakseimbangan asupan dan kebutuhan gizi dapat menyebabkan berbagai bentuk masalah gizi, baik gizi kurang, gizi buruk, maupun gizi lebih.
Masalah gizi pada balita masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Laporan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa jutaan anak di dunia masih mengalami stunting, wasting, dan underweight yang mencerminkan kondisi kekurangan gizi kronis maupun akut (UNICEF, 2023). Stunting, yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur yang rendah, menjadi perhatian utama karena berhubungan erat dengan gangguan perkembangan kognitif, rendahnya produktivitas di masa dewasa, serta meningkatnya risiko penyakit degeneratif (Black et al., 2013).
Di Indonesia, masalah status gizi balita masih cukup kompleks. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting, wasting, dan underweight pada balita masih berada di atas ambang batas masalah kesehatan masyarakat yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) (Kementerian Kesehatan RI, 2022). Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya perbaikan gizi balita masih memerlukan perhatian serius dan berkelanjutan, terutama di daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan. ...
Collections
- Research Report [254]
