LAPORAN PENELITIAN : Intervensi Edukasi Gizi di Karawang: Analisis Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Asuh Balita
REPORT SERIE 1
Abstract
Gizi balita merupakan salah satu determinan utama kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Periode balita, khususnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), merupakan fase kritis yang sangat menentukan pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta status kesehatan anak hingga dewasa. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang bersifat permanen, seperti stunting, penurunan kecerdasan, meningkatnya risiko penyakit tidak menular, serta menurunnya produktivitas ekonomi di masa dewasa (Black et al., 2013; WHO, 2020).
Di Indonesia, permasalahan gizi balita masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang serius. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting, wasting, dan underweight pada balita masih relatif tinggi, meskipun telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir (Kemenkes RI, 2018; Kemenkes RI, 2022). Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya perbaikan gizi balita belum sepenuhnya optimal dan masih memerlukan pendekatan yang komprehensif, baik dari aspek ketersediaan pangan, akses layanan kesehatan, maupun perilaku pengasuhan dan pemberian makan anak.
Salah satu faktor kunci yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah pengetahuan gizi ibu. Ibu memiliki peran sentral dalam pengasuhan anak, termasuk dalam pemilihan jenis pangan, pengaturan frekuensi dan porsi makan, serta praktik pemberian makan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan gizi anak. Pengetahuan gizi yang memadai akan membantu ibu dalam memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, serta konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman bagi balita (UNICEF, 2019; Contento, 2016).
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dan status gizi balita. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik cenderung memiliki anak dengan status gizi yang lebih baik dibandingkan ibu dengan pengetahuan gizi yang rendah (Semba et al., 2008; Rachmi et al., 2016). Pengetahuan gizi yang kurang dapat menyebabkan kesalahan dalam praktik pemberian makan, seperti pemberian MP-ASI yang terlalu dini atau terlambat, rendahnya frekuensi makan, kurangnya variasi pangan sumber protein hewani, serta ketergantungan pada pangan berenergi tinggi tetapi miskin zat gizi mikro. ...
Collections
- Research Report [254]
