Show simple item record

dc.contributor.authorSaraswati, Benedikta Diah
dc.date.accessioned2025-01-03T07:47:25Z
dc.date.available2025-01-03T07:47:25Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160473
dc.description.abstractVirus merupakan organisme infeksius yang merupakan parasit obligat intraseluler. Virus akan menginfeksi dan mengambil alih sel inang untuk bereplikasi. Virus memiliki genom yang dapat berupa DNA atau RNA dan diselubungi oleh protein yang disebut dengan capsid. Genom virus mengandung informasi yang diperlukan oleh virus untuk bereplikasi. Virus dapat menginfeksi sebagian besar makhluk hidup, termasuk bakteri, hewan, tumbuhan, dan bahkan manusia. Virus yang menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit, terutama penyakit yang epidemik, tidak memiliki pengobatan yang komprehensif. Selain itu, virus memiliki kemampuan untuk cepat berubah atau bermutasi dan beradaptasi di lingkungan yang baru. Kemampuan virus inilah yang kemudian dapat memunculkan penyakit baru dan memiliki kemungkinan besar menjadi pandemi[1] . Pada akhir Desember 2019, wabah dari penyakit yang disebabkan oleh coronavirus 2019-nCoV, COVID-19 dilaporkan terjadi di Wuhan, China. Wabah ini kemudian meluas ke 26 negara lainnya di seluruh dunia. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia. COVID-19 merupakan penyakit akut yang dapat disembuhkan namun dapat pula berakibat fatal. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian karena kerusakan alveolus dan kegagalan pernapasan[2]. Sejak akhir Januari, WHO menetapkan wabah ini sebagai “public-health emergency of international concern” karena cepatnya angka wabah ini meningkat di seluruh dunia. Jumlah kasus di dunia hingga 28 Maret 2020 mencapai angka 512.701 yang tersebar di 202 negara dengan angka kematian 23.495 jiwa[3] . Virus yang pada awalnya disebut dengan 2019-nCoV, diberi nama ulang oleh International Committee on Taxonomy of Viruses menjadi Severe Acute Respiratory Syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Pada awalnya penelitian menunjukkan SARS-CoV-2 dapat ditransmisikan dari hewan ke manusia, namun kemudian ditemukan penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia melalui cairan tubuh (droplet) atau kontak langsung. Dapat ditransmisikannya virus ini dari manusia ke manusia menyebabkan virus ini dapat lebih mudah dan cepat untuk menyebar, namun lebih sulit untuk dideteksi penyebarannya sehingga kemudian menjadi pandemi[4]...id
dc.language.isoidid
dc.publisherFK-IPBid
dc.titleLiposom Senyawa Flavonoid Sebagai Antiviral Sars-Cov-2id
dc.typeArticleid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record