| dc.description.abstract | Study on rarity status and habitat of Shorea laevis Ridl and S. leprosula Miq was conducted in three types of ecosystem (virgin forest, secondary forest and fragmented forest) in forest complex (forest compound) of Sungai Teweh-Sungai lahai, Muara Teweh, Central Kalimantan, Indonesia. The objective of this study was to learn the rarity status of the two species based on IUCN criteria, their habitat characteristics, and their association with other species, as one of the basis for determining their conservation strategy. This research used technique of vegetation analysis and tree diversity analysis. Study results showed that both S. laevis and S. Leprosula were included within category of Low Risk in the three types of ecosystem in the forest compound being studied. Habitat characteristics which determined the absence of S. Laevis in the virgin forest habitat was the soil permeability which was too low, whereas other soil chemical and physical properties in the three types of ecosystems were relatively similar. Presence of S. Laevis were positively associated with species of Shorea uliginosa, Dialium platysepalum, Dipterocarpus ibmalatus, Palaquium rostatum , Vatica rasak, Adinandra sp and Memecyclon steenis. On the other hand, for S. leprosula, other species which followed its presence (positively correlated), were Shorea kunstleri , Castanopsis sp, Shorea sp, Quercus bennettii, Castanopsis argentea , and Dipterocarpus hasseltii | id |
| dc.description.abstract | Keanekaragaman genetik merupakan salah satu komponen penting dari keanekaragaman hayati yang berperan penting bagi kontinuitas proses-proses evolusi. Sumberdaya genetik (SDG) pohon hutan saat ini terancam oleh berbagai faktor perusak yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia dan pada beberapa kasus memerlukan upaya konservasi berbasis pertimbangan ilmiah. Secara khusus, kegiatan konservasi genetik pohon hutan akan lebih terarah jika memperhatikan kaidah-kaidah genetik dan biologi, i.e. ekofisiologi, dari jenis bersangkutan. Secara global ada lebih dari 15.000 jenis tanaman yang terancam kepunahan. Laju kepunahan jenis saat ini telah melebihi ambang batas kepunahan alami hingga 100 sampai 1000 kalinya. Pentingnya informasi genetik untuk konservasi jenis-jenis yang terancam punah secara luas telah diakui oleh banyak pihak. Akan tetapi selama ini kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis tersebut hanya mencakup aspek ukuran populasi atau prediksi-prediksi teoritisnya. Selain itu, jika ada penelitian tentang populasi genetik, maka yang dijadikan obyek adalah jenis-jenis yang benar-benar akan mengalami kepunahan. | |
