Optimasi Ekstraksi dan Analisis Penyimpanan Flavonoid Curcuma aeruginosa RoxB. Berdasarkan Aktivitas Antioksidan, Inhibisi alfa- Glukosidase, Antibakteri dan Sitotoksisitas
View/ Open
Date
2019Author
Qomaliyah, Eka Nurul
Artika, I Made
Nurcholis, Waras
Metadata
Show full item recordAbstract
Curcuma aeruginosa merupakan salah satu tanaman herbal bahan baku
pembuatan jamu, yang dikenal dengan nama temu ireng di Indonesia. Rimpang temu
ireng diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan, antidiabetes, antibakteri. Potensi
bioaktivitas ini berasal dari senyawa metabolit sekunder yang dimiliki rimpang temu
ireng, salah satunya yakni flavonoid. Pemanfaatan dan eksplorasi penelitian temu ireng
sebatas pada rimpangnya saja. Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi pengambilan
flavonoid dari rimpang temu ireng berdasarkan pelarut, kemudian pelarut optimum
terpilih digunakan untuk mengekstrak flavonoid pada daun, rimpang, rimpang, dan akar
temu ireng serta pengujian bioaktivitasnya.
Bagian pertama fokus pada optimasi ekstraksi flavonoid rimpang temu ireng
berdasarkan pelarut dengan sembilan respon yang diamati yakni yield esktrak, kandungan
total flavonoid dengan metode alumunium klorida, analisis aktivitas antioksidan
menggunakan 1,1-difeni-2-pikrilhidrazil (DPPH), aktivitas antidiabetes dengan inhibisi
alfa glukosidase, aktivitas antibakteri dengan bakteri Eschericia coli, Staphylococus
aureus, Aggregetibacter actinomycetemcomitans, dan Streptococus mutans dengan
metode brothmikrodilusi, dan analisis sitotoksisitas menggunakan metode brine shrimp
lethality test (BSLT). Optimasi ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol, air,
aseton serta kombinasi pelarutnya melalui desain simplex centroid. Pelarut etanol terpilih
menjadi pelarut optimum dengan kriteria optimasi yakni maksimal dalam metabolit
sekunder (yield ekstrak) dan kandungan total flavonoid, serta minimal dalam nilai IC50
antioksidan, IC50 alfa glukosidase, LC50 BSLT, dan MIC antibakteri. Rendemen ekstrak
etanol sebesar 18.69%, kadar total flavonoid sebesar 17.97 mg QE/g, IC50 antioksidan
sebesar 331.29, inhibisi alfa-Glukosidase sebesar 810.88 μg/mL, konsentrasi hambat
minimum (KHM) E. coli sebesar 4.16%, KHM A. actinomycetemcomitans sebesar
1.25 %, KHM S. aureus sebesar 2.08%, dan KHM S mutans sebesar 4.16%. LC50 BSLT
sebesar 140 μg/mL,
Bagian kedua fokus pada analisis penyimpanan flavonoid yang terdapat pada
daun, batang, rimpang, dan akar temu ireng serta potensi bioaktivitasnya. Potensi
bioaktivitas yang di amati yakni antioksidan menggunakan 1,1-difeni-2-pikrilhidrazil
(DPPH), analisis sitotoksisitas menggunakan metode brine shrimp lethality test (BSLT),
dan antibakteri dengan menggunakan bakteri E. coli, S. aureus, A.
actinomycetemcomitans, dan S. mutans. Ekstrak etanol rimpang memiliki kadar total
flavonoid, potensi antioksidan, sitotoksisitas serta konsentrasi hambat minimum
antibakteri Eschericia coli, Staphylococus aureus, Aggregetibacter
actinomycetemcomitans, dan Streptococus mutans tertinggi dari bagian lainnya yakni
sebesar 18.77 mg QE/g, 283.07 μg/mL, 170.60 μg/mL, 5%, 2.5%, 2.5%, 4.16% secara
berurutan. Kesemua bagian tubuh temu ireng baik daun, batang, rimpang dan akar
mengandung flavonoid, akan tetapi kandungan flavonoid masing-masing berbeda nyata
(α<0.05), sama halnya dengan nilai Yield esktrak dan antioksidan setiap bagian berbeda
nyata (α<0.05), hanya pada sitotoksisitas, bagian daun dan akar tidak berbeda nyata
(α<0.05).