Identifikasi Kantong-Kantong Kemiskinan di Jawa Tahun 2011-2015 dengan Cylindrical dan Flexible Space Time Scan Statistic
Abstract
Kemiskinan merupakan masalah global yang sampai saat ini masih menjadi
perhatian utama negara-negara di dunia. Indonesia sebagai negara berkembang
tentunya tidak luput dari masalah kemiskinan. Pemerintah Indonesia membentuk
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan. TNP2K memerlukan identifikasi wilayah prioritas atau
kantong kemiskinan sehingga programnya dapat tepat sasaran.
Scan statistic menjadi salah satu metode yang paling banyak digunakan
untuk mengidentifikasi kantong-kantong kemiskinan. Space Time Scan Statistic
(STSS) merupakan metode scan statistic untuk analisis spatiotemporal.
Cylindrical STSS menggunakan jendela pemindaian berbentuk silinder sedangkan
sebagian besar wilayah geografis tidak berbentuk lingkaran. Flexible STSS
mampu mendeteksi kantong-kantong kemiskinan dengan bentuk yang fleksibel
dan pada saat yang bersamaan kantong kemiskinan dibatasi dalam daerah yang
lebih kecil pada setiap wilayah. Sebelum melakukan analisis dengan metode
STSS, perlu ditentukan ukuran jendela pemindaian maksimum (K). Pemilihan K
optimal dapat dilakukan dengan membandingkan log likelihood ratio (LLR) zona
gabungan pada setiap K.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kantong-kantong
kemiskinan menggunakan Cylindrical dan Flexible STSS kemudian
membandingkan hasil keduanya dan selanjutnya menentukan metode yang
terbaik. Metode STSS terbaik ini kemudian dipakai untuk mengidentifikasi
kantong anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Hal ini dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara kantong kemiskinan dengan kantong anak usia 7-
12 tahun yang tidak bersekolah.
Cylindrical dan Flexible STSS menghasilkan kantong-kantong kemiskinan
yang signifikan untuk tahun 2011 sampai 2015. Hasil Kantong kemiskinan
prioritas pertama berada di beberapa kabupaten wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Kantong kemiskinan prioritas kedua berada di beberapa kabupaten wilayah
Provinsi Jawa Timur. Kantong-kantong lainnya tersebar di beberapa kabupaten
wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Cylindrical STSS cenderung memiliki kantong yang lebih luas
dibandingkan Flexible STSS. Terdapat beberapa kabupaten yang tidak layak
masuk sebagai kantong kemiskinan jika dilihat dari nilai resiko relatif dan
indikator kemiskinannya. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Flexible STSS.
Flexible STSS mampu menghasilkan kantong-kantong kemiskinan yang lebih
baik dengan tidak memasukkan kabupaten-kabupaten tersebut. Terdapat
perbedaan urutan prioritas kantong kemiskinan yang dihasilkan oleh Cylindrical
dan Flexible STSS. Urutan prioritas ditentukan oleh nilai LLR. Kantong dengan
prioritas pertama memiliki nilai LLR tertinggi. Kantong prioritas kedua memiliki
nilai LLR tertinggi kedua dan seterusnya. Berdasarkan urutan prioritasnya,
kantong-kantong kemiskinan yang dihasilkan oleh Flexible STSS memiliki nilai
LLR yang lebih tinggi dibandingkan pada Cylindrical STSS. Urutan prioritas
yang dihasilkan oleh Flexible STSS lebih sesuai dengan resiko relatif dan
indikator kemiskinan berupa ����������, ���������� , ����������, dan LLR dari kantong kemiskinan.
Penentuan K optimal dilihat berdasarkan LLR zona gabungan. K optimal
merupakan nilai K yang memiliki LLR zona gabungan yang paling tinggi
dibandingkan nilai K lainnya. Cylindrical STSS memiliki nilai K optimal saat K =
8 dan 9. Flexible STSS memiliki nilai LLR yang konstan saat K = 5 sampai K =
15. Flexible STSS memiliki nilai LLR yang lebih tinggi dibandingkan Cylindrical
STSS pada setiap nilai K.
Metode STSS terbaik memiliki nilai K optimal dan kesesuaian yang tinggi
dengan wilayah prioritas TNP2K. Cylindrical STSS dengan K = 8 dan 9 memiliki
persentase kantong kemiskinan yang merupakan wilayah prioritas TNP2K sebesar
56.76 persen dan persentase wilayah prioritas TNP2K yang teridentifikasi sebagai
kantong kemiskinan sebesar 80.77 persen. Flexible STSS memiliki nilai terbaik
saat K = 9 yaitu 70.00 persen dan 80.77 persen. Flexible STSS dengan K = 9
memiliki K optimal dan kesesuaian dengan wilayah prioritas TNP2K yang tinggi
sehingga menjadi metode scan statistic terbaik.
Seluruh kantong kemiskinan yang dihasilkan oleh Flexible STSS dengan K
= 9 signifikan untuk tahun 2011 sampai 2015. Kantong-kantong kemiskinan yang
dihasilkan memiliki rata-rata persentase penduduk miskin (����������), indeks kedalaman
kemiskinan (����������), dan indeks keparahan kemiskinan (����������) di atas nilai provinsi dan
nasional. Kantong kemiskinan prioritas pertama berada di beberapa kabupaten
wilayah Provinsi Jawa Tengah dan prioritas kedua berada di beberapa kabupaten
wilayah Provinsi Jawa Timur. Kantong-kantong lainnya tersebar di kabupatenkabupaten
wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Barat. Terdapat
beberapa kantong yang memiliki kecenderungan untuk menjadi kantong anak usia
7-12 tahun yang tidak bersekolah.
Flexible STSS dengan K = 9 digunakan dalam mengidentifikasi kantong
anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Hasilnya signifikan untuk tahun
2016. Jika dilihat dari pola persebaranya, kantong-kantong anak usia 7-12 tahun
yang tidak bersekolah di tahun 2016 tidak memiliki kesamaan dengan kantongkantong
kemiskinan di tahun 2015. Hanya terdapat 12 kabupaten atau 42.86
persen yang pada tahun 2015 merupakan kantong kemiskinan dan pada tahun
2016 menjadi kantong anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa kemiskinan tidak berdampak signifikan pada pencapaian
pendidikan dasar. Artinya pemerintah Indonesia telah berhasil menyelenggarakan
pendidikan dasar untuk usia 7-12 tahun.