Analisa Indeks Kekeringan dengan Metode Standardized Precipitation Index 3 (SPI3) dan Kejadian Puso di Provinsi Jawa Barat
Abstract
Perubahan iklim sangat peka terhadap beberapa hal dalam kehidupan
manusia, diantaranya adalah pertanian dan ketahanan pangan. Dampak dari
perubahan iklim terhadap kekeringan dirasakan dengan bertambah besarnya
intensitas kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Perubahan intensitas
kekeringan menimbulkan kerentanan terhadap sektor pertanian terutama produksi
padi. Sektor pertanian, sebagai pengguna air terbanyak perlu diberi perhatian lebih
besar karena berperan sebagai faktor penentu dalam keberhasilan ketahanan
pangan.
Kekeringan meteorologi hanya memperhatikan curah hujan saja. Informasi
mengenai kekeringan meteorologi akan bermanfaat jika dikaitkan dengan
dampaknya yaitu bidang pertanian khususnya tanaman padi. Analisis kekeringan
di provinsi Jawa Barat pada studi ini dilakukan menggunakan indeks hujan
terstandarisasi (SPI). Penelitian dilakukan pada data curah hujan bulanan di 52
stasiun pos hujan BMKG di provinsi Jawa Barat dengan periode data 35 tahun
(1981-2015). Nilai SPI skala waktu 3 bulan (SPI3) digunakan untuk memantau
kekeringan dengan cara menganalisis faktor-faktor : kategori sangat kering,
puncak kekeringan, durasi dan kekuatan kekeringan serta mengidentifikasi
hubungan antara kejadian kekeringan dengan puso padi di provinsi Jawa Barat.
Kekeringan dengan kategori sangat kering terjadi pada bulan Februari tahun 2011,
puncak kekeringan terbesar terjadi di stasiun Montaya, Garawangi, dan Jatiwangi.
Kekeringan dengan durasi terlama dan kekuatan kekeringan terbesar terjadi di
sebagian besar wilayah bagian barat provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan indeks kekeringan sangat potensial untuk
melindungi petani dalam mengelola risiko iklim terutama di sebagian besar
wilayah utara provinsi jawa barat, dimana wilayah irigasi masih rendah.