Perilaku Adaptasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Eks-rehabilitan di Cagar Alam Jantho, Aceh Besar
View/ Open
Date
2019Author
Pusparini, Diaz Sari
Perwitasari, Dyah
Atmoko, Sri Suci Utami
Metadata
Show full item recordAbstract
Orangutan sumatera (Pongo abelii Lesson 1827) merupakan salah satu dari dua spesies kera besar yang ditemukan di pulau Sumatera. Habitat orangutan semakin berkurang dengan adanya konversi lahan menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Dampaknya orangutan terpaksa keluar dari habitatnya, kemudian dipelihara oleh manusia, dan kehilangan insting untuk hidup di hutan kembali. Hal tersebut akan berpengaruh besar saat orangutan harus kembali ke hutan. Orangutan yang akan direintroduksi (lepas liar) harus melalui proses dan tahapan rehabilitasi terlebih dahulu. Kesuksesan dari re-introduksi orangutan sumatera perlu diketahui untuk menilai individu yang dilepasliarkan dapat beradaptasi dan bertahan hidup di habitat barunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pengenalan dan adaptasi individu orangutan eks-rehabilitan terhadap kondisi di habitat barunya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesuksesan dari proses rehabilitasi dan re-introduksi orangutan Sumatera. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Pinus Jantho, Aceh Besar pada bulan Februari sampai Oktober 2014. Objek yang digunakan adalah dua individu orangutan eks-rehabilitan berumur 7-8 tahun, yang telah melewati proses rehabilitasi di Karantina Orangutan Sumatera Batu Mbelin, Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah Focal Animal Sampling, dengan interval waktu 2 menit, mengikuti individu sejak bangun dari sarang tidur hingga tidur malam. Dari pengamatan 3-14 hari pasca release, orangutan eks-rehabilitan memiliki kemiripan dengan orangutan liar dari persentase aktivitas makan yang lebih tinggi dibandingkan aktivitas istirahat. Namun, perbedaan dalam penggunaan ruang secara vertical (ketinggian), orangutan eks-rehabilitan masih beraktivitas pada ketinggian antara 0-30 meter. Sedangkan pada orangutan liar lebih banyak beraktivitas pada ketinggian 15-20 meter. Perilaku bersarang orangutan eks-rehabilitan belum menunjukkan kemampuan untuk membangun sarang baru, melainkan lebih sering memakai kembali sarang lama.