Faktor Risiko Dehidrasi dan Pengaruhnya terhadap Indikator Kerusakan DNA Ibu Hamil serta Berat dan Panjang Badan Bayi Lahir
View/ Open
Date
2019Author
Mulyani, Erry Yudhya
Hardinsyah
Briawan, Dodik
Santoso, Budi Iman
Metadata
Show full item recordAbstract
Selama kehamilan, kebutuhan air meningkat untuk mendukung sirkulasi
janin, produksi cairan amnion, dan volume darah yang meningkat. Sebesar 34.0%
dehidrasi kehamilan terjadi di Yunani. Perubahan fisiologi dalam periode
kehamilan, mengharuskan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kondisi
lingkungan dapat memicu ketidakseimbangan mekanisme tubuh, stress oksidatif
dan inflamasi.
Pada kehamilan yang sehat, spesies oksigen reaktif (radikal bebas) dan
antioksidan tetap seimbang dimana kerusakan DNA dapat diperbaiki secara
efektif. Kerusakan DNA merupakan konsekuensi dari metabolisme sel, dimana
hidrasi tubuh membantu metabolisme berjalan seimbang. Kurangnya air
menyebabkan ganggguan ketidakseimbangan metabolisme di dalam sel yang
berdampak pada kurangnya kinerja dan banyaknya kerusakan DNA, sehingga sel
kekurangan asupan yang menyebabkan gangguan pada ibu dan janin. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dehidrasi dan
pengaruhnya terhadap kerusakan DNA Ibu hamil serta berat dan panjang badan
bayi lahir.
Penelitian ini menggunakan desain cohort-prospective dengan beberapa
tahapan pengambilan subjek sebagai berikut: 1). tahap skrining terhadap 107
subjek. 2). tahap observasi terhadap 66 subjek. Penelitian berlokasi di 7 wilayah
kerja Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat yakni Puskesmas Kebon Jeruk,
Puskesmas Sukabumi Selatan, Puskesmas Sukabumi Utara, Puskesmas Kedoya
Utara, Puskesmas Kedoya Selatan, Puskesmas Duri Kepa, dan Puskesmas Kelapa
Dua. Penelitian dilakukan pada Desember 2016 hingga Januari 2018.
Subjek penelitian adalah ibu hamil yang datang ke puskesmas tertuju
untuk memeriksakan dirinya pada trimester kedua kehamilan dengan kriteria
inklusi sebagai berikut; telah memasuki trimester kedua (>12 minggu – 24
minggu), sehat (tidak menderita infeksi sekunder) berdasarkan hasil pemeriksaan
dokter, tidak pernah melahirkan BBLR dan bayi pendek (<48 cm), usia ibu > 18 –
35 tahun, TB ibu 150 – 165 cm, IMT 18.5 – 25.0. Kemudian, ibu pernah
mengalami infeksi saluran kemih, pernah mengalami diare, mual dan muntah dari
awal kehamilan sampai dengan penelitian, berencana melahirkan di lokasi
penelitan, dan tidak pernah melahirkan sesar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel urin (50 ml)
dan darah vena (20 ml) serta darah tali pusat (umbilical cord) (20 ml) untuk kadar
IGF-1 (Insulin-like growth factor 1). Penelitian ini telah mendapat persetujuan
etik yang berasal dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta berupa Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical
Approval) dengan nomor: No.869/UN2.F1/ETHICS/2016 tanggal 10 Oktober
2016.
Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik subjek berupa; umur ibu, umur
kehamilan, BB Ibu, status gizi, dan sosial-ekonomi rumah tangga; asupan makan
dan minum ibu hamil; kadar Zn serum, Natrium serum, Kalsium serum, (IGF-1),
dan kadar 8-OHdG; status hidrasi ibu hamil; riwayat kesehatan ibu; output
kehamilan (BB, TB/PB, Apgar). Data biokimia darah diambil sewaktu, sementara
urin diambil pada pukul 14.01 – 16.00 WIB.
Data diolah menggunakan Microsoft Excell dan SPSS meliputi entry,
coding, cleaning, pengkategorian data dan analisis. Data di analisis secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk nilai rerata (mean), standar deviasi (SD).
Uji beda rerata antara kelompok dehidrasi (DG) dan normal (NG) diuji dengan ttwo
independent test, uji korelasi menggunakan Spearman rank correlation, Chisquare
dan Analisis kovariat. Data dianalisis pada tingkat kepercayaan 95% dan
taraf kemaknaan p<0.05.
Hasil studi menemukan subjek yang mengalami dehidrasi di trimester
kedua dan ketiga masing-masing sebanyak 56.0% dan 51.5%. Sebanyak 52.6%
subjek mengalami dehidrasi selama periode kehamilan. Faktor risiko terkuat
terjadinya dehidrasi di trimester ketiga adalah tingkat asupan air pada ibu hamil.
Penelitian ini tidak menemukan; pengaruh dehidrasi terhadap kadar IGF-1 dan
kerusakan DNA (8-OHdG); hubungan antara kadar IGF-1 terhadap kadar 8-
OHdG, berat dan panjang badan bayi lahir; hubungan kadar 8-OHdG terhadap
berat dan panjang badan bayi lahir (p≥0.05).
Namun penelitian ini menemukan perbedaan tingkat asupan air antara
kelompok ibu dehidrasi dan normal (p<0.05). Terdapat perbedaan berat dan
panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada pada kedua kelompok ibu hamil.
Setelah dilakukan pengendalian tingkat asupan air, perbedaan berat dan panjang
badan bayi lahir diantara kelompok dehidrasi (DG) dan normal (NG) masingmasing
yaitu 500.6g dan 0.4cm
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan
ayah dan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu, paritas, durasi kehamilan,
angka kesakitan, tingkat asupan gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, zinc)
bukan merupakan faktor risiko dehidrasi kehamilan. Tingkat asupan air
merupakan faktor kuat terjadinya risiko dehidrasi di trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Dehidrasi tidak berpengaruh terhadap indikator kerusakan DNA (8-
OHdG), namun berpengaruh terhadap berat dan panjang badan bayi lahir.
Collections
- DT - Human Ecology [567]