Studi Lalat Buah Zeugodacus cucurbitae (Coquillett) (Diptera: Tephritidae) dengan Perhatian Utama pada Deteksi Senyawa Kairomon dari Tanaman Inang.
View/ Open
Date
2018Author
Sulaeha
Rauf, Aunu
Ratna, Endang Sri
Purwantiningsih
Metadata
Show full item recordAbstract
Lalat buah Zeugodacus cucurbitae (Coquillett) (Diptera: Tephritidae)
merupakan salah satu hama penting, yang tersebar luas di banyak belahan dunia.
Hal ini karena lalat Z. cucurbitae memiliki kemampuan distribusi yang cepat,
tingkat reproduksi yang tinggi, tanaman inang yang cukup beragam, dan memiliki
kemampuan adaptasi yang baik. Z. cucurbitace ditemukan pada berbagai jenis
tanaman inang, namun tanaman Cucurbitaceae merupakan inang yang paling
disukai. Preferensi serangga terhadap suatu inang dipengaruhi oleh kesesuaian
faktor morfologi dan biokimia tanaman inang. Faktor tersebut dapat memberikan
pengaruh bagi lalat buah dalam pemilihan inang. Interaksi serangga dengan
tanaman inang dapat dipengaruhi oleh keberadaan semiokimia berupa senyawa
kairomon yang berperan sebagai pemikat bagi lalat buah Z. cucurbitae dalam
mengunjungi tanaman inangnya. Oleh karena itu, berbagai kajian perlu dilakukan
untuk memberikan landasan pemikiran terhadap keberadaan senyawa kairomon
yang dapat memikat lalat buah jantan dan betina. Penelitian yang dilakukan
bertujuan (1) mempelajari kelimpahan Z. cucurbitae dan parasitoidnya pada
berbagai tanaman inang Cucurbitaceae, dan tingkat serangan berdasarkan fenologi
buah, (2) mendeteksi senyawa penanda kairomon Z. cucurbitae dari tanaman
inang Cucurbitaceae, dan (3) mempelajari respon olfaktori Z. cucurbitae terhadap
senyawa fraksi terpenoid dan senyawa tunggal penanda kairomon.
Pengamatan dilakukan pada pertanaman Cucurbitaceae di wilayah Bogor.
Jenis tanaman yang diamati adalah oyong (Luffa acutangula (L) Roxb.), pare
(Momordica charantia L.) dan mentimun (Cucumis sativus L.). Pada setiap
tanaman dilakukan pengambilan sampel pada tiga titik lokasi yang berbeda
sebagai ulangan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara transek garis
pada setiap 5 meter, selama 5 minggu pengamatan secara berturut-turut. Studi
respon Z. cucurbitae terhadap senyawa kairomon dilakukan dengan menggunakan
olfaktometer tabung-Y, dengan elusi senyawa pembawa melalui fraksi n-heksan.
Respon olfaktori Z. cucurbitae dilakukan terhadap senyawa makro molekul fraksi
n-heksan, senyawa fraksi terpenoid, serta senyawa murni isomer derivat terpenoid
(keton dan fitol). Pengujian menggunakan tiga kategori umur lalat buah yaitu
jantan dan betina umur 1-2 hari, betina praoviposisi, dan betina pascaoviposisi.
Hasil pengumpulan buah terserang menunjukkan bahwa pada tanaman
oyong, pare dan mentimun spesies lalat buah yang ditemukan adalah Z.
cucurbitae, Zeugodacus calumniatus (Hardy) dan Dacus longicornis
(Wiedemann). Lalat buah Z. cucurbitae merupakan spesies yang paling dominan,
dengan proporsi lebih dari 90%. Parasitoid yang muncul dari buah terserang
adalah Psyttalia fletcheri (Silvestri) (Hymenoptera: Braconidae) dan Spalangia
endius Walker (Hymenoptera: Pteromalidae), dengan tingkat parasitisasi paling
tinggi 6.2%. Berdasarkan jumlah buah yang terserang di lapangan, serangan Z.
cucurbitae lebih banyak terjadi pada buah oyong. Hasil pengukuran dengan
penetrometer menunjukkan buah oyong muda memiliki jaringan yang lebih lunak
dibandingkan jaringan buah muda pare dan mentimun. Berdasarkan fenologi
buah, serangan Z. cucurbitae mulai terjadi pada saat buah berumur 5-6 hari,
dengan banyaknya buah terserang paling tinggi terdapat pada buah berumur 17-
30 hari.
Hasil pengujian dengan menggunakan olfaktometer menunjukkan bahwa
senyawa volatil dari fraksi n-heksan daun pare memberikan respon ketertarikan
yang lebih kuat bagi lalat buah jantan dan betina Z. cucurbitae dibandingkan dari
oyong dan mentimun. Masa waktu kunjungan yang lebih lama ditunjukkan oleh
betina virgin dan betina praoviposisi pada fraksi daun pare tersebut. Komponen
senyawa kimia pada fraksi n-heksan daun pare yang ditemukan meliputi alkohol
(6 senyawa), aldehid (3 senyawa), keton (2 senyawa), dan ester (7 senyawa).
Jumlah senyawa alkohol, aldehid, dan keton ditemukan lebih banyak pada daun
dibanding pada buah. Dari hasil isolasi makromolekul terpenoid diperoleh
senyawa keton (6,10,14-trimetil-2-pentadecanon), fitol (3,7,11,15-tetrametil-2-
heksadecen-1-ol), dan fitosterol.
Hasil pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa lalat buah jantan
Z. cucurbitae memberikan respon ketertarikan yang lebih lama terhadap senyawa
keton dibandingkan terhadap senyawa fraksi terpenoid, sedangkan lalat betina
memberikan respon ketertarikan yang tinggi terhadap senyawa fraksi terpenoid.
Meskipun demikian, perbedaan ketertarikan pada kedua senyawa tersebut secara
statistik tidak signifikan. Pengujian respon ketertarikan Z. cucurbitae terhadap
senyawa murni fitol dan keton menunjukkan bahwa lalat buah jantan cenderung
lebih tertarik terhadap senyawa keton dibandingkan terhadap senyawa fitol.
Sementara itu, betina virgin lebih tertarik terhadap senyawa fitol (proporsi 54%)
dibandingkan terhadap keton (25%), sedangkan betina praoviposisi (proporsi
40%) memberikan respon tidak memilih terhadap kedua senyawa tersebut.
Keberadaa senyawa fraksi terpenoid, 2-pentadecanon, dan 3,7,11,15-tetrametil-2-
heksadecen-1-ol di dalam daun pare menunjukkan tanaman tersebut dapat menjadi
sumber kairomon bagi Z. cucurbitae. Penelusuran keberadaan senyawa tersebut
diperoleh melalui jalur terpenoid dengan menggunakan metode Harborne.