Dampak Penyebaran Chimonobambusa quadrangularis pada Keanekaragaman Tumbuhan Lokal di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
View/ Open
Date
2018Author
Nafeesa, Maulida
Sulistijorini
Tjitrosoedirdjo, Soekisman
Metadata
Show full item recordAbstract
Chimonobambusa quadrangularis adalah bambu cina yang ditanam di
Kebun Raya Cibodas pada tahun 1920. Observasi tumbuhan invasi di Indonesia
tahun 2013 menemukan C. quadrangularis telah memasuki hutan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dari perbatasan KRC. C.
quadrangularis memiliki penyebaran cepat secara vegetatif melalui rhizoma
sehingga menjadi Invasive Alien Plant Species (IAPS) yang mengancam bagi
keanekaragaman hayati tumbuhan lokal. TNGGP merupakan salah satu ekosistem
hutan hujan pegunungan yang berada di Jawa Barat dan tahun 1997 dinyatakan
sebagai bagian dari jaringan dunia Cagar biosfer oleh UNESCO. Tujuan
penelitian ialah menganalisis penyebaran C. quadrangularis terhadap
keanekeragaman spesies lokal di hutan zona submontana Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango.
Penelitian dilakukan pada tiga ekosistem hutan berdasarkan kerapatan
tajuk pohon dan keberadaan tumbuhan invasif yaitu hutan primer, hutan sekunder
terinvasi IAPS dan hutan sekunder terinvasi bambu. Metode pengamatan terdiri
dari struktur tegakan pohon, analisis vegetasi dan pengukuran iklim mikro.
Struktur tegakan pohon menggunakan plot membentuk ukuran 50 x 20 m dan
pohon yang berada dalam plot dipetakan posisinya. Struktur tegakan terdiri dari
struktur vertikal dan horizontal. Struktur vertikal dengan mengukur diameter
pohon, tinggi total pohon, tinggi cabang pertama pohon, identifikasi jenis dan
menggambar sketsa manual. Struktur horizontal dengan mengukur luasan tutupan
tajuk pohon dan sebaran semua tumbuhan IAPS. Data struktur vertikal diolah
menjadi hubungan antara tinggi pohon (Ht) menggunakan (Log) dengan diameter
pohon (Dbh) di Ms. Excel 2010 dan menggambar arsitektur pohon skala 1:100
secara manual pada kertas kalkir. Data struktur horizontal dan luas tutupan hutan
diperoleh dari penghitungan di ArcGies View 3.3.
Analisis vegetasi menggunakan metode line tranect sepanjang 200 m dan
plot pengamatan berbentuk bujur sangkar (nested plot) terdiri dari empat subplot.
Data yang diambil yaitu jumlah individu pada tingkat tumbuhan bawah, semai,
pancang, tiang, pohon dan diameter pohon sesuai dengan petak ukur. Jumlah
individu spesies invasif dan lokal pada setiap plot di lokasi dihitung rata-ratanya
dengan MS. Excel 2010 menggunakan data asli. Uji anova dilakukan dengan
sebelumnya data asli diubah dengan transformasi akar (√(x+0.5)) untuk membuat
ragam menjadi homogen kemudian dilanjutkan dengan uji duncan jika terdapat
perbedaan signifikan menggunakan software PASW Statistics 18. Data dianalisis
menggunakan indeks nilai penting (INP), indeks keragaman Shannon-wiener (H),
indeks dominasi (C), indeks kemerataan (E),dan indeks similaritas (IS).
Chimonobambusa quadrangularis pada struktur vertikal pohon terlihat
menguasai tegakan pancang dan struktur horizontal pohon terlihat mampu tumbuh
secara rapat di celah tajuk dan di bawah tajuk pohon. Penguasaan C.
quadrangularis memiliki dominansi tertinggi pada fase pancang (D=1).
Penyebaran C. quadrangularis ditunjukkan dari nilai INP yang tinggi pada fase
semai 77.44% dan fase pancang 154.44%. Dampak penyebaran bambu terlihat
pada keanekaragaman spesies lokal yang rendah pada fase tumbuhan bawah
(H=0.87), fase pancang (H=0.1) dan indeks kemerataan yang rendah pada fase
pancang (E=0.04) di hutan sekunder terinvasi bambu.
Nilai rata-rata jumlah individu menunjukkan C. quadrangularis
mendominasi fase pancang serta menekan kelimpahan individu spesies lokal pada
fase tumbuhan bawah, semai dan pancang, sehingga penyebarannya dalam jangka
panjang akan meluas dan menghilangkan keragaman spesies lokal di hutan
sekunder terinvasi bambu. Upaya yang dapat dilakukan untuk hutan sekunder
terinvasi IAPS dan terinvasi bambu dengan membuka tajuk bambu dan pohon
yang rapat kemudian dilakukan reintroduksi semai spesies lokal. Upaya ini
diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas keragaman spesies lokal.