Nilai Taksonomi Ciri Morfologi Tumbuhan Berdaun Saputangan dalam Caesalpiniaceae.
View/ Open
Date
2018Author
Marista, Etha
Hartana, Alex
Rifai, Mien Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemoposan daun (leaf flushing) merupakan salah satu bagian dari
perkembangan vegetatif tumbuhan yang ditandai dengan proses keluarnya daun
muda secara mengelompok sekaligus. Caesalpiniaceae merupakan salah satu suku
tumbuhan yang lima marganya yaitu Amherstia, Brownea, Cynometra, Maniltoa,
dan Saraca memiliki karakteristik pemoposan daun yang dikenal dengan sebutan
tumbuhan “daun saputangan”. Kelompok ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman
hias dan juga peneduh jalan. Pemoposan daun pada suku Caesalpiniaceae terbentuk
karena adanya pengaruh proses fenologi perkembangan struktur kuncup kelompok
daun-daun muda yang muncul di ujung ranting dan tampak bergelayutan mirip
helaian sekelompok saputangan yang diikat bersama pada salah satu bagian
ujungnya.
Di lembaga herbarium jarang ditemukan koleksi spesimen daun muda lima
marga pada suku Caesalpiniaceae yang memiliki ciri daun saputangan dan juga
belum pernah dilakukan penelitian mengenai daun muda tersebut. Sebagai
akibatnya sampai saat ini belum ditemukan karakter daun muda dalam kunci
identifikasi sebagai pembeda jenis lima marga tersebut. Penelitian ini dilakukan
untuk mengenal atau mengidentifikasi jenis-jenis dalam kelompok suku
Caesalpiniaceae berdaun saputangan berdasarkan ciri pemoposan daun, serta
mencari makna kegunaan pemoposan daun sebagai ciri diagnostik untuk
membedakan jenis tumbuhan.
Pengamatan tumbuhan berdaun saputangan suku Caesalpiniaceae dilakukan
di Bogor, Cibinong, dan Dramaga. Pengamatan dilakukan pada 16 jenis tumbuhan
hidup yang tumbuh di Kebun Raya Bogor (KRB), lingkungan sekitar kampus IPB
Dramaga dan spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium Bogoriense.
Pengataman morfologi dilakukan untuk keperluan melihat variasi ciri vegetatif
yang akan digunakan untuk menyusun kunci identifikasi dan deskripsi jenis.
Spesimen yang telah diidentifikasi disimpan di Herbarium Bogoriense (BO).
Proses pemoposan tumbuhan berdaun saputangan yang ditemukan pada
penelitian ini memiliki variasi pada adanya fase kuncup dorman yang berbentuk
kerucut, bulat, dan bulat telur serta memiliki warna cokelat dengan panjang mulai
dari 1.2-2.7 mm. Kuncup dorman ditemukan pada marga Maniltoa, Brownea, dan
Cynometra. Semuanya dilindungi oleh sekelompok sisik-sisik daun (perula) yang
ditutup oleh indumentum kuncup yang meroma, berbulu balig, berbulu sikat,
memisai, atau mengewol. Pada pihak lain, Saraca dan Amherstia tidak terlihat
adanya kuncup dorman.
Fase kuncup tumbuh memiliki variasi bentuk yaitu melanset, melanset bagian
tengah agak lebar, melanset pendek, melonjong, melancor, yang panjangnya mulai
0.5 cm sampai 7 cm. Tipe pelipatan dalam kuncup bervariasi, bisa ekuitan
(Maniltoa, Brownea, Cynometra) dan melingkar (Saraca, Amherstia).
Fase tumbuh diikuti oleh fase daun saputangan muncul yang lamanya
bervariasi mulai dari satu minggu (Cynometra), dua minggu (Amherstia, Brownea,
Saraca) hingga tiga minggu (Maniltoa). Fase daun saputangan muncul menandai
awal proses pemoposan daun. Pola tipe penggulungan daun dalam kuncup yaitu
tergulung masuk (involute) misalnya Maniltoa, atau terlipat sekali secara adaksial
atau ke dalam (conduplicate) misalnya Saraca dan Amherstia, menggulung-gulung
sampai tergulung masuk (supervolute-involute) pada Brownea, dan menggulunggulung
(supervolute) pada Cynometra.
Fase daun saputangan terlipat merupakan fase yang masih kelanjutan dari
proses pemoposan daun yang ditandai dengan perula yang sudah mulai luruh.
Warna daun muda yaitu putih kekuningan-merah jambon pucat, merah jambon,
putih kehijauan, hijau muda dengan bagian tepinya berwarna merah jambon, merah
jambon muda, ungu tua bercorak hijau, merah keunguan, merah kecokelatan, putih
dengan bagian tepi merah jambon, dan coklat muda. Variasi ciri yang terlihat pada
fase daun saputangan terlipat meliputi tipe indumentum tangkai daun (meroma,
mengewol, berbulu balig, berbulu sikat, memisai), warna indumentum tangkai daun
(cokelat dan putih), warna tangkai daun (merah dan hijau), dan warna daun (
jambon, hijau pupus, merah jambon, hijau muda, ungu kecokelatan memiliki corak
hijau).
Fase terakhir daun saputangan ditandai dengan terbukanya daun muda yang
tadinya terlipat sehingga menjadi saputangan yang bergantung. Di sini terlihat
variasi warna mulai dari hijau keputihan, hijau pupus, hijau terang dan hijau
kecokelatan, serta juga adanya perbedaan pada tekstur daun yang umumnya
menjadi kaku.
Fase daun dewasa memiliki ciri pembeda berdasarkan bentuk daun, bentuk
pangkal daun, bentuk ujung daun, tepi daun, simetri daun, panjang dan lebar ukuran
daun, jumlah anak daun dalam daun majemuk, dan tekstur permukaan daun, yang
semuanya sudah umumnya dipertelakan dalam deskripsi masing-masing jenis.