Evaluasi Kondisi Sub DAS Pedindang Pasca Tambang Timah di Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung
View/ Open
Date
2018Author
Bayu, Hendi Hendra
Rachman, BayuLatief Mahir
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Aktifitas kegitan manusia di dalam Sub DAS Pedindang secara langsung
mempengaruhi keadaan fisik lahan, kualitas air, dan performa dari Sub DAS
Pedindang. Aktifitas penambangan merupakan salah satu faktor penyumbang
kerusakan lahan, penurunan kualitas air dan meningkatnya aliran permukaan.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) menganalisis kondisi penggunaan lahan yang
terjadi di Sub DAS Pedindang; 2) menganalisis kualitas air di Sub DAS Pedindang
pada daerah hulu dan daerah lain yang mengalami pencemaran; 3) menganalisis
tingkat kerusakan tanah yang berada di Sub DAS Pedindang pasca penambangan
timah ; 4) mengevaluasi Sub DAS Pedindang dengan pendekatan Koefisien Regim
Aliran dan Koefisien Aliran Tahunan.
Area penggunaan lahan yang berada di Sub DAS Pedindang diklasifikasikan
berdasarkan peta kemiringan lahan, peta penggunaan lahan, peta jaringan sungai
dan batas topografi yang kemudian di overlay menjadi beberapa penggunaan lahan
dengan luasan areanya. Analisis kerusakan tanah di Sub DAS mengacu pada
Peraturan Pemerintah No 150 tahun 2000 dan keadaaan alami hutan Sub DAS
Pedindang. Pengambilan sampel tanah di lapangan dengan menentukan 40 titik
sampel pengambilan tanah. Sampel tanah yang diambil dari lapangan kemudian
diuji di laboratorium dan hasilnya dinilai dengan parameter dalam indikator PP No
150 tahun 2000 dan dibandingkan dengan keadaan tanah dihutan alami. Parameter
kerusakan tanah yang diamati terdiri dari farksi pasir, berat isi, porositas total,
derajat pelulusan air dan kadar C Organik. Analisis kualitas air yang berada dalam
Sub DAS Pedindang dilakukan dengan pengambilan sampel air di daerah hulu dan
beberapa kawasan tercemar Pengukuran kualitas air yang dilakukan di lapangan
terdiri dari (Parameter fisika : Suhu, pH dan sedimen. Parameter kimia : DO, CO2
dan Pb). Proses analisis air mengacu pada standar PP Baku Mutu Air No. 82 tahun
2001. Pengamtan performa Sub DAS Pedindang dinilai dengan Koefisien Regim
Aliran (KRA) dan Koefisien Aliran Tahunan (KAT) yang mengacu berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) tahun 2014 No.61. Nilai KRA dan KAT
diklasifikasikan berdasarkan besaran nilai yang dihasilkan aliran permukaan dan
luasan daerah DAS, yang kemudian dikategorikan dengan performa dari Sub DAS
Pedindang selama 5 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan luas area Sub DAS Pedindang mencapai
4621.8 ha, yang meliputi , lahan terbangun, tubuh air, lapangan golf, pertambangan,
pertanian lahan kering, dan semak belukar. Penggunaan lahan yang ada di Sub DAS
Pedindang didominasi dengan luas lahan hutan yang mencapai 37.1%, luas
pertanian lahan kering 26.9 %, luas tubuh air 0.3% dan luas semak belukar 1.3 %.
Konversi luas lahan hutan semakin meningkat dengan laju pertumbuhan manusia.
Hal ini terlihat dari luas lahan terbangun yang mencapai 24.22 %, luas lahan
tambang mencapai 10.2 % dan luas lapangan golf 0.1% dari luas lahan yang berada
dalam Sub DAS Pedindang. Peningkatan luas lahan terbangun dan tambang
menurunkan fungsi lahan hutan yang ada berada pada hutan Sub DAS Pedindang.
Penggunaan lahan tambang didominasi oleh fraksi pasir dengan sifat fisik dan kimia
tanah yang melebihi ambang batas kerusakan tanah berdasarkan PP No. 150 tahun
2000 dan keadaan tanah di hutan alami. Area lahan tambang yang berada dalam
Sub DAS Pedindang pada tahun 2016 mencapai 469.4 ha. Hasil proses pencucian
tanah akibat tambang mempengaruhi kualitas air sungai Pedindang. Pencemaran air
akibat tambang di daerah hilir mempengaruhi semua nilai parameter ambang batas
baku mutu air. Performa Sub DAS Pedindang dengan peniliaan KRA dan KAT
menunjukkan perubahan penggunaan lahan mempengaruhi hidrologis Sub DAS
Pedindang. Nilai KRA selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 relatif
konstan berada dalam kriteria rendah. Tahun 2015 mengalami terjadi perubahan
cuaca ekstrim yang menyababkan musim kemarau panjang, sehingga terjadi
lonjakan KRA pada tahun tersebut. Hal ini kontradiksi dengan perhitungan
Koefisien Aliran Tahunan selama 5 tahun yang menunjukkan adanya penurunan
nilai KAT dari tahun 2012 sampai 2015. Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas
infiltrasi tanah yang tinggi karena kondisi tambang dominan lahan berpasir dan
fungsi kolong bekas tambang yang bertindak sebagi reservoir. Curah hujan yang
tinggi menyababkan kapasitas infiltrasi sehingga terjadi aliran permukaan. Aliran
permukaan yang terjadi di dalam SUB DAS pedindang kemudian masuk kedalam
kolong pasca tambang, sehingga aliran permukaan tersimpan dalam kolong.
Collections
- MT - Agriculture [3781]