Pengaruh Antropogenik terhadap Kondisi Iklim yang Berpotensi Meningkatkan Kebakaran Lahan Di Kalimantan
View/ Open
Date
2018Author
Aflahah, Elania
Hidayati, Rini
Hidayat, Rahmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Kalimantan merupakan wilayah dengan hutan primer dan sekunder yang
digunakan untuk melindungi berbagai bencana alam, selain itu Kalimantan juga
merupakan wilayah yang rentan terhadap fenomena ENSO. Selain disebabkan
karena fenomena el nino, potensi peningkatan kebakaran lahan juga dipengaruhi
oleh faktor manusia/antropogenik. Pengaruh antropogenik menyebabkan
peningkatan temperatur sehingga jumlah hotspot mengalami peningkatan yang
dalam hal ini merupakan indikator kebakaran hutan dan lahan. Sehingga
diperlukan penelitian mengenai pengaruh antropogenik terhadap curah hujan dan
temperatur menggunakan hasil luaran GCM dan RegCM. Penelitian ini belum
banyak dilakukan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor antropogenik terhadap kondisi iklim yang berpotensi meningkatkan
kebakaran hutan di Kalimantan.
Penelitian ini menggunakan data curah hujan, temperatur, visibility
https://www.ogimet.com/gsodc.phtml.en, serta data hotspot bulanan dari masingmasing
propinsi di Kalimantan yang didapatkan dari BMKG dari tahun 2007-
2016. Analisis periode dasarian untuk propinsi Kalimantan Tengah yang
digunakan sebagai studi kasus untuk membangun sistem peringatan dini
kebakaran hutan. Analisis statistik dari data observasi tidak bisa mengidentifikasi
faktor antropogenik karena tidak ada data terkait faktor antropogenik sehingga
diperlukan pemodelan iklim dengan menggunakan simulasi RegCM. Simulasi
RegCM memerlukan data inputan berupa kelembaban (huss), tekanan (ps),
temperatur (ta), angin zonal (ua) dan meridional (va). Simulasi RegCM dilakukan
melalui tiga tahap yaitu (1) tahap preprocessing (2) tahap processing dan (3) tahap
post-processing. Dalam penelitian ini menggunakan model GFDL-ESM2M
dengan resolusi spasial sebesar 30 km x 30 km, dari bulan Juni, Juli dan Agustus
(JJA) untuk masing-masing tahun 1993, 1994, 1997, 1998, 2013, 2014, dan 2015.
Analisis pengaruh antropogenik didapatkan dengan mengurangkan antara data
Historis-NAT.
Jumlah hotspot memiliki hubungan yang erat dengan visibility dan kondisi
iklim pada periode yang sama. Nilai Pvalue < 0.05 menunjukkan signifikan
terhadap faktor iklim, korelasi yang dihasilkan -0.69 tanpa lagtime, dan -0.79
dengan lagtime di wilayah Kalimantan Tengah. Persamaan yang digunakan
sebagai sistem peringatan dini disusun dari kondisi iklim 1 dekade sebelumnya.
Pengaruh antropogenik akan sangat berperan dalam kondisi iklim yang berpotensi
meningkatkan kebakaran hutan apabila meyebabkan curah hujan menurun, dan
temperatur meningkat pada musim kemarau. Perubahan curah hujan akibat
pengaruh antropogenik pada tahun El Nino, normal dan La nina sebesar -5 ~ 5%
per bulan berturut-turut dari (0~450), (-150~450), dan (-150~450) mm/bulan.
Kenaikan temperatur akibat pengaruh antropogenik tidak signifikan, karena
kenaikannya sangat kecil yaitu 0.002-0.003% untuk tahun el nino, (0.0025-
0.003% & 0.0025-0.0035%) untuk tahun normal, 0.001-0.0035% per bulan untuk
tahun la nina dari (-10C~1.80C). Sehingga diperlukan analisis pada bulan JuliAgustus-
September (JAS) untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada simulasi
lanjutan di RegCM mengenai proyeksi curah hujan dan temperatur 10-20 kedepan.