Model Simulasi Tanaman Jagung Manis Hibrida
Abstract
Jagung hibrida berpotensi untuk memenuhi besarnya permintaan masyarakat
terhadap jagung manis. Menurut Pusat Kajian Hortikultura (2011), permintaan
masyarakat Indonesia akan sayuran termasuk jagung manis yaitu sekitar 87.336
ton/tahun. Salah satu upaya agar jagung hibrida tumbuh optimal adalah dengan
mengkaji kesesuaian unsur cuaca dan iklim untuk tanaman jagung secara
kuantitatif dengan menggunakan model simulasi tanaman pada jarak tanam
tertentu. Berdasarkan penelitian Paat (2010) sebuah model simulasi mampu
mensimulasi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dengan baik, dan dapat
dibuktikan dengan melakukan beberapa uji dan validasi. Selain pertumbuhan dan
perkembangan model simulasi juga dapat disusun untuk melihat neraca air
tanaman selama proses penelitian sehingga dapat melihat ketersediaan air tanah
yang dibutuhkan oleh tanaman (Paski 2017).
Jarak tanam untuk tanaman jagung yang diterapkan oleh mayoritas petani di
lokasi penelitian adalah 70x30 cm, hal ini mengacu pada jarak tanam yang
disarankan oleh penyuluh pertanian. Untuk keperluan penyusunan model dan
analisa mengenai respon tanaman diperlukan adanya variasi jarak tanam. Tujuan
dilakukannya variasi jarak tanam karena ada kemungkinan jarak tanam yang
berbeda akan mempengaruhi proses yang terjadi selama penanaman
Tujuan dari penilitian ini adalah untk mengkuantifikasi respon
agrometeorologi dua varietas tanaman jagung hibrida pada perlakuan jarak
tanam,menduga perubahan kadar air tanah, perkembangan tanaman dan
perubahan biomassa tanaman selama satu musim tanam. Serta menguji
kemampuan model dalam menduga pertumbuhan dan produktivitas tanaman
jagung hibrida.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan menggunakan model mekanistik yang dikembangkan dari model simulasi
tanaman yang telah ada. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini
adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu varietas (Bonanza-F1
dan Talenta) dan variasi jarak tanam (70x20 cm, 70x30 cm dan 70x 40 cm).
Perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali, ulangan pertama untuk keperluan
penyusunan model dan dua ulangan sisanya untuk validasi model. Selain
menggunakan dua ulangan sisa, validasi juga dilakkan dengan membandingkan
terhadap data BPS dan survey terhadap petani setempat.
Sub model neraca air menunjukkan bahwa nilai evapotranspirasi cenderung
meningkat pada 7 HST hingga 25 HST dan kondisi curah hujan pada waktu
tersebut rendah, sehingga ketersediaan air tanah menurun. Sempat terjadi kondisi
kekurangan air pada saat 42 HST hingga 49 HST. Hasil simulasi tersebut sesuai
dengan kondisi lahan aktual yang terlihat secara visual.
Sub model perkembangan menunjukkan bahwa untuk mencapai fase
berdaun tiga dan muncul bunga, varietas Bonanza-F1 membutuhkan waktu lebih
lama satu minggu. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai heat unit yang lebih besar.
Sehingga dapat pada waktu yang sama saat varietas talenta mulai berdaun tiga,
varietas Bonanza-F1 masih mengutamakan pertumbuhan dan perkembangannya
ke bagian akar dan batang.
Varietas Talenta meimiliki nilai dugaan biomassa yang lebih besar
dibandingkan dengan varietas Bonanza-F1 pada semua perlakuan jarak tanam.
Jarak tanam yang lebih rapat menunjukkan hasil dugaan biomasssa total yang
lebih besar dibandingkan dengan yang berjarak lebih renggang. Nilai biomassa
dugaan yang diperoleh dari hasil pemodelanmampu mendekati nilai biomassa
aktual hasil pengamatan. Hal ini diperkuat dengan hasil uji grafik yang
menunjukkan nilai Nash-Sutcliffe efficiency(NSE) sebesar 0.91 juga hasil uji-t
berpasangan menunjukkan nilai yang tidak berbeda dan uji korelasi pearson
didapat nilai pearson product momentlebih dari 0.90 dan mendekati nilai 1 (satu).
Kesimpulan yang dapat diarik dai penelitian ini adalah radiasi intersepsi
pada jarak tanam 70x20 cm lebih besar daripada jarak tanam 70x30 cm dan 70x40
cm. Sehingga jarak tanam dikatakan dapat mempengaruhi biomassa tanaman.
Fase perkembangan tanaman varietas Talenta lebih cepat tercapai dibandingkan
dengan varietas Bonanza-F1. Hasil dugaan biomassa tanaman berdasarkan model
pertumbuhan menunjukkan bahwa varietas talenta memiliki biomassa total
(kg/ha) yang lebih besar daripada varietas Bonanza-F1. Model simulasi yang
disusun padapenelitian ini mampu menduga biomassa sebesar 96% dan hasil
dugaan yang ditunjukkan oleh model neraca air, perkembangan dan pertumbuhan
tanaman tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran aktual.