Struktur Genetika Delapan Suku di Provinsi Maluku Indonesia, Menggunakan Analisis Mikrosatelit.
View/ Open
Date
2018Author
Monasari, Dewi
Juliandi, Berry
Soedarsono, Nurtami
Rianti, Puji
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia terdiri atas tujuh belas ribu pulau dan seribu tiga ratus empat puluh suku. Indonesia bagian Timur diketahui memiliki keragaman genetik yang tinggi dibandingkan Indonesia bagian Barat karena Indonesia Timur dilalui oleh dua jalur migrasi manusia sejak puluhan ribu tahun lalu. Maluku adalah salah satu provinsi di bagian Timur Indonesia yang wilayahnya adalah kepulauan. Wilayah Provinsi Maluku dihuni oleh lebih dari lima belas suku. Analisis genetika populasi menggunakan DNA mikrosatelit telah dilakukan pada hampir seluruh wilayah di dunia. Hingga saat ini belum ada data khusus mengenai analisis keragaman genetik suku di Maluku menggunakan DNA mikrosatelit.
Penelitian ini menganalisis struktur genetika delapan suku terbesar di Provinsi Maluku menggunakan 15 lokus autosomal mikrosatelit. Sampel DNA diambil dari subyek penelitian yang sebanyak tiga garis keturunan berasal dari suku asli di setiap suku di Provinsi Maluku. Penelitian ini menganalisis seratus sampel dari delapan suku terbesar di Maluku, yaitu suku Ambonese, Seram, Kei, Tanimbar, Saparua, Babar, Kisar, dan Haruku. Pada penelitian ini, tidak ditemukan alel null dan signifikan terhadap Kesetimbangan Hardy Wienberg. Penelitian ini juga menganalisis frekuensi alel, analisis keragaman genetik, analisis diferensiasi antar suku, analisis kuantitatif klustering, analisis laju migrasi, analisis alel privat, dan statistik untuk parameter forensik (Matching Probability (MP), Power of Discrimination (PD), Polymorphic Information Content (PIC), Power of Exclusion (PE) terhadap semua data genotipe.
Analisis kuantitatif klustering menunjukkan dua kelompok genetik yang sama pada semua suku, namun tidak ada pengelompokan populasi dari delapan suku. Analisis diferensiasi genetik antar suku menunjukkan tidak ada diferensiasi genetik antar tujuh suku, kecuali suku Ambonese. Suku Ambonese menunjukkan diferensiasi genetik terhadap suku Seram dan Saparua, sedangkan terhadap lima suku lainnya tidak menunjukkan diferensiasi genetik. Berdasarkan analisis alel privat dan laju migrasi, suku Ambonese menunjukkan jumlah alel privat tertinggi dan nilai laju migrasi tertinggi pula. Dengan demikian, pola migrasi dari delapan suku yang dianalisis bermula dari suku Ambonese ke arah suku lainnya. Lokus alel privat dan data frekuensi alel pada penelitian ini akan digunakan pada uji statistik pembuktian penghitungan kemiripan profil DNA pada analisis kasus forensik. Data frekuensi alel pada penelitian ini menunjukkan kemampuan diskriminasi yang tinggi. Sehingga data frekuensi alel dapat digunakan sebagai pangkalan data untuk terapan forensik.