Analisis Beban Kerja pada Pengoperasian Sprayer Gendong Semi-Otomatis di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah
Abstract
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penghambat dalam budidaya pertanian. Oleh sebab itu, penggunaan alat dan mesin dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman sangat diperlukan untuk memudahkan dan meringankan kerja petani. Salah satu alat yang biasa digunakan dalam pemeliharaan tanaman adalah sprayer. Sprayer merupakan suatu alat aplikasi pestisida yang sangat dibutuhkan dalam hal pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Para petani di Kecamatan Wedung, Demak biasa menggunakan sprayer semi otomatis tipe gendong yang biasa disebut knapsack sprayer.
Penelitian kali ini bertujuan untuk mengukur besar konsumsi energi (beban kerja kuatitatif) dan kejerihan (beban kerja kualitatif) petani pengguna knapsack sprayer, mengukur konsumsi energi kerja operator dalam pengoperasian knapsack sprayer, dan membandingkan besar konsumsi energi, kejerihan, dan konsumsi energi kerja (kkal/ha) dan (kkal/tangki) antara petani laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012 di desa Brahan Wetan, Kecamatan Wedung, Demak. Subjek yang dianalisis terdiri dari empat orang laki-laki dan empat orang perempuan. Analisis beban kerja petani dilakukan dengan menggunakan parameter fisik berupa denyut jantung, yang selanjutnya diperoleh nilai beban kerja kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran dengan menggunakan parameter denyut jantung dilakukan dengan menggunakan alat Heart Rate Monitor (HRM). Sebelum dilakukan pengukuran beban kerja, pada subjek dilakukan pengukuran dimensi tubuh meliputi umur, berat badan, dan tinggi badan yang selanjutnya akan ditentukan nilai Basal Metabolic Energy (BME) dari masing-masing subjek.
Pada pengukuran beban kerja pertama-tama dilakukan kalibrasi step test dengan tujuan untuk mengetahui kolerasi peningkatan denyut jantung terhadap peningkatan beban kerja masing-masing subjek. Kegiatan step test dilakukan dengan menggunakan bangku step test yang tingginya 25 cm. Pengambilan data step test dilakukan secara bertahap dengan tiga frekuensi, yaitu: 15 langkah/menit, 20 langkah/menit, dan 25 langkah/menit. Dari kalibrasi dengan metode step test diperoleh kolerasi antara Increase Ratio of Heart Rate (IRHRST) dan energi kerja (Work Energy Cost) yang dikeluarkan pada saat kalibrasi (WECST). Kolerasi tersebut dapat ditunjukkan dengan suatu persamaan daya dalam bentuk y = ax + b, dimana y merupakan nilai IRHR dan x nilai WEC.
Pengukuran beban kerja saat aktivitas penyemprotan dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Pada awal pengukuran dan ditiap-tiap ulangan diselingi dengan istirahat kurang lebih 10 menit. Dari pengukuran beban kerja saat aktivitas penyemprotan diperoleh nilai IRHRWORK. Nilai IRHRWORK masing-masing subjek dimasukkan kedalam persamaan daya hasil kalibrasi step test untuk memperoleh nilai WEC saat penyemprotan. Nilai WEC saat penyemprotan jika dijumlahkan dengan nilai BME akan diperoleh Total Energy Cost (TEC). Nilai TEC perlu dinormalisasi dengan meniadakan faktor berat badan (TEC’). Parameter lain yang digunakan pada penelitian ini adalah kapasitas lapang dan konsumsi larutan. Keduanya digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi kerja dalam satuan kkal/ha dan kkal/tangki (20 liter).
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai IRHR rata-rata subjek perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 1.809, sedangkan subjek laki-laki sebesar 1.652, sehingga beban kerja kualitatif subjek perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Jika ditinjau dari nilai konsumsi energi total, subjek laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu sebesar 3.520 kkal/menit, sedangkan untuk perempuan sebesar 3.223 kkal/menit. Artinya, laki-laki lebih banyak mengkonsumsi energi untuk kerja per satuan waktunya.
Tingkat kejerihan (IRHR) subjek perempuan relatif tinggi, namun konsumsi energi untuk subjek perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat saja terjadi karena nilai IRHR hanya dihubungkan dengan kemampuan relatif dan kapasitas diri seseorang, selain itu juga terdapat perbandingan antara kerja dan istirahat, sedangkan konsumsi energi (WECWORK) merupakan jumlah energi yang dikeluarkan ketika seseorang melakukan aktifitas. Sehingga pengeluaran energi yang sama memiliki dampak yang berbeda-beda pada tiap subjeknya. Nilai IRHR juga dipengaruhi oleh beban fisik dan beban mental, namun nilai WEC cenderung dipengaruhi oleh beban fisik saja.
Berdasarkan data tersebut, aktivitas penyemprotan menggunakan knapsack sprayer lebih cocok jika dilakukan oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan, nilai IRHR subjek perempuan lebih tinggi jika dibandingkan subjek laki-laki, sehingga pekerjaan ini tergolong sangat berat bagi subjek perempuan. Selain itu jika dilihat dari konsumsi energi kerjanya, subjek perempuan memerlukan konsumsi energi per ha luas lahan dan konsumsi energi per tangki (20 liter) yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Agar didapatkan kinerja yang optimal perlu keterampilan dan kebiasaan dalam mengoperasikan knapsack sprayer, sehingga beban kerja fisik subjek tidak terlalu besar. Selain itu, perlu dilakukan penyempurnaan desain knapsack sprayer untuk subjek perempuan agar tingkat beban kerja fisiknya tidak terlalu besar..