Bioflora Marga Eleocharis (Cyperaceae) di Pulau Madura
View/ Open
Date
2018Author
Setiawan, Ashari Bagus
Ariyanti, Nunik Sri
Rifai, Mien Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Eleocharis dibedakan dengan marga lain dalam suku Cyperaceae berdasarkan ciri morfologi berupa lembaran daun tereduksi, perbungaan buliran soliter di ujung buluh, adanya rambut-rambut kaku pada floret, dan adanya sisa pangkal tangkai putik (stilopodium) pada buah. Beberapa jenis diantaranya telah dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerajinan, pakan ternak, bahan makanan, sampai bahan obat. Informasi keanekaragaman Eleocharis yang telah diterbitkan di Flora Malesiana serta penelusuran spesimen di Herbarium Bogoriense (BO) menunjukkan bahwa informasi distribusi jenis-jenis Eleocharis di Pulau Madura belum lengkap, sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek biologi Eleocharis di Pulau Madura meliputi persebaran jenis, ekologi, variasi morfologi dan anatomi antarjenis, taksonomi, serta botani ekonomi.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2016 sampai Mei 2017. Spesimen Eleocharis yang diamati diperoleh dari kegiatan eksplorasi di lapangan menggunakan metode jelajah di empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Pengambilan data ekologi yang dilakukan pada saat pengoleksian spesimen, yaitu: ketinggian tempat dan posisi koordinat, suhu tanah, pH tanah serta intensitas cahaya. Pengamatan morfologi dilakukan pada setiap spesimen yang dikoleksi dari lapangan. Pembuatan dan pengamatan sediaan sayatan paradermal dan transversal buluh dilakukan untuk mendapatkan ciri anatomi jenis-jenis yang teridentifikasi. Data botani ekonomi berupa pemanfaatan jenis diperoleh dengan metode wawancara terbuka kepada masyarakat setempat. Data ekologi dianalisis secara deskriptif untuk setiap jenis. Koordinat lokasi pengambilan spesimen digunakan untuk menggambarkan peta persebaran jenis. Data morfologi dan anatomi digunakan untuk mengidentifikasi spesimen, menjelaskan variasi morfologi dan anatomi antarjenis, dan menyusun pertelaan serta kunci identifikasi jenis-jenis yang ditemukan. Data botani ekonomi dianalisis secara deskriptif untuk setiap jenis.
Sebanyak lima jenis Eleocharis di Pulau Madura telah teridentifikasi, yaitu: E. atropurpurea, E. dulcis, E. geniculata, E. philippinensis, dan E. spiralis. Jenis-jenis ini telah tercatat keberadaannya di Pulau Madura berdasarkan publikasi lima puluh tahun yang lalu, kecuali E. dulcis. Persebaran lima jenis Eleocharis di Madura menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangkalan ditemukan jenis lebih banyak dibandingkan dengan tiga kabupaten lainnya. Eleocharis di Madura tersebar sepanjang pulau bagian barat, selatan, dan timur; tetapi tidak ditemukan di bagian utara. Eleocharis di Madura umumnya dijumpai pada habitat akuatik dan semi-akuatik (rawa, persawahan dan bekas persawahan yang tidak ditanami padi), kadang dijumpai pada habitat terestrial seperti di sepanjang tepi rawa. Kondisi mikroklimat tempat tumbuh Eleocharis yaitu: ketinggian tempat 15–203 m dpl, intensitas cahaya 26000–127200 lux, suhu tanah 25–38 oC, serta pH tanah 5.0–8.0.
Jenis-jenis Eleocharis di Madura dapat dibedakan berdasarkan bentuk pertumbuhan, keberadaan subang, dan ciri morfologi lainnya pada ujung pelepah daun, buluh, perbungaan, floret, dan buah. Eleocharis dulcis merupakan satu-
satunya jenis yang menghasilkan subang (ada dua variasi subang yaitu berwarna ungu gelap dan cokelat muda). Perbedaan ciri pelepah daun ditunjukkan oleh bentuk ujung pelepah tampak depan dan belakang, jumlah, dan warna pelepah. Variasi antarjenis pada ciri buluh meliputi bentuk penampang melintang buluh, keberadaan dan tipe sekat transversal. Perbungaan buliran bervariasi berdasarkan ciri bentuk dan ujung, serta brakteanya (bentuk, ujung, warna, dan peruratan). Ciri floret bervariasi antarjenis dalam jumlah benang sari dan percabangan kepala putik, serta rambut-rambut keras (bentuk, ukuran, jumlah, dan tekstur). Buah bervariasi dalam bentuk, ornamentasi permukaan buah, stilopodium (bentuk, ukuran, warna), dan rambut-rambut keras. Ciri morfologi jenis-jenis dari marga ini mirip dengan jenis-jenis dari marga Fimbristylis yang memiliki perbungaan terminal dan tunggal. Namun, jenis-jenis Fimbristylis tersebut dapat dibedakan dari Eleocharis berdasarkan ciri tangkai putik berambut halus, tidak adanya rambut-rambut keras pada floret dan buah, buah bertangkai pendek, serta buah tanpa stilopodium.
Buluh jenis-jenis Eleocharis Madura yang diamati pada sediaan sayatan paradermal memiliki sel epidermis persegi empat panjang yang tersusun paralel, tipe stomata graminaceous parasitik, dan badan-badan silika tersebar dalam sel epidermis. Ciri anatomi yang diamati pada sayatan transversal buluh menunjukkan selapis epidermis, berkas-berkas sklerenkim subparadermal, sel-sel klorenkim isodiametris atau silindris, dan bagian empulur yang tersusun atas sel parenkim, berkas pembuluh, dan ruang udara. Jaringan aktinenkim dijumpai pada ruang udara pada beberapa jenis. Berkas sklerenkim subparadermal, pembuluh xilem serta seludang sklerenkim merupakan sel-sel yang mengandung lignin. Berkas pembuluh tersusun atas selapis seludang parenkim, selapis seludang mestom, pembuluh floem, pembuluh xilem, ruang udara, serta seludang sklerenkim. Jenis-jenis Eleocharis ini patut diduga dikategorikan dalam tipe jalur fotosintesis C3 karena granula pati dijumpai di dalam sel-sel klorenkim, tetapi tidak dijumpai dalam sel-sel berkas pembuluh.
Antarjenis Eleocharis yang diamati memiliki beberapa ciri anatomi buluh yang khas. Eleocharis dulcis memiliki satu ruang udara besar di pusat empulur dan dikelilingi oleh ruang-ruang udara kecil, berselang-seling dengan berkas pembuluh. Eleocharis atropurpurea dan E. geniculata memiliki berkas pembuluh tersusun konsentris, berselang-seling dengan ruang udara, dan terdapat jaringan parenkim di bagian pusat empulur. Stomata memiliki sel tetangga lebih pendek dari sel penjaga membedakan E. atropurpurea dari E. geniculata. Buluh E. philippinensis dan E. spiralis memiliki ruang udara dan berkas pembuluh yang tersusun tidak beraturan pada daerah empulur, pada beberapa ruang udaranya terisi oleh aktinenkim. Buluh E. philippinensis memiliki bentuk penampang melintang trapesium ganda, ini membedakannya dari E. spiralis yang memiliki penampang melintang buluh berbentuk segitiga.
Masyarakat Madura memanfaatkan jenis-jenis Eleocharis sebagai pakan ternak, kecuali E. atropurpurea. Subang E. dulcis dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, camilan rebus, dan bermacam bahan makanan (emping, dodol, dan bubur). Jenis-jenis Eleocharis di Madura merupakan tumbuhan liar, masyarakat belum membudidayakan jenis-jenis yang bernilai ekonomi.