Susu Kedelai Ungu yang Diperkaya Mikrokapsul Minyak Sawit Mentah untuk Mengendalikan Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2.
Abstract
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab kematian nomor tiga terbesar di Indonesia. Karakteristik metabolik penderita penyakit diabetes melitus tipe-2 (DM-2) adalah kadar glukosa darah, hemoglobin terglikasi (HbA1c), dan interleukin-6 (IL-6) yang tinggi, namun sering mempunyai kadar insulin, sel T CD4+ dan CD8+ yang rendah. Diet yang direkomendasikan untuk penderita DM-2 adalah pangan dengan indeks glikemik (IG) yang rendah serta mengandung komponen bioaktif. Salah satu jenis pangan yang mempunyai IG rendah dan mengandung komponen bioaktif adalah susu kedelai ungu (SKU) yang dibuat dari kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merr). Untuk meningkatkan komponen bioaktif dan kapasitas antioksidan dari SKU maka ditambahkan mikrokapsul minyak sawit mentah (MSMn). MSMn kaya dengan kandungan karotenoid β-karoten sebagai jenis karotenoid utama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendapatkan formula produk mikrokapsul MSMn terbaik, (2) mengetahui pengaruh intervensi susu kedelai ungu yang diperkaya mikrokapsul MSMn (SKUM) terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP), hemoglobin terglikasi (HbA1c) dan insulin, dan terhadap kadar interleukin-6 (IL-6), serta jumlah sel T CD4+ dan sel T CD8+ terhadap responden DM-2. Penelitian dilakukan dalam lima tahap yaitu, tahap pertama adalah pembuatan SKU dan analisis proksimat yang meliputi kadar protein, abu, lemak dan air. Tahap kedua adalah karakterisasi MSMn, formulasi dan karakterisasi mikrokapsul MSMn. Mikrokapsul MSMn dibuat dengan bahan penyalut yang terdiri dari maltodekstrin food grade (MD) dan isolat protein kedelai dengan rasio 2:1, lalu di-spray drying. Formulasi rasio bahan penyalut dan MSMn 1:1; 1:1.2; 1:1.4; dan 1:1.6 (b/b). Mikrokapsul MSMn dianalisis rendemen, kadar air, total karotenoid, kelarutan, dan efisiensi enkapsulasi. Mikrokapsul dengan karakteristik terbaik dianalisis profil morfologi eksternal, ukuran partikel, derajat kristalinitasnya dan kandungan -karotennya. Tahap ketiga adalah seleksi responden penelitian dan pernyataan etika penelitian. Seleksi responden berdasarkan kriteria inklusi melibatkan 25 responden DM-2, terdiri dari 10 orang sebagai kelompok kontrol dan 15 orang sebagai kelompok susu kedelai ungu yang diperkaya mikrokapsul MSMn (SKUM). Tahap keempat adalah formulasi SKUM, sosialisasi program dan intervensi SKUM. Susu kedelai ungu sebanyak 240 mL diperkaya dengan 0.4 g mikrokapsul MSMn yang mengandung 295.24±0.32 μg/g karotenoid, diberikan kepada kelompok SKUM sehari sekali pada waktu makan siang selama 4 minggu, sedangkan kelompok kontrol tidak menerima apapun. Pengukuran berat dan tinggi badan dilakukan untuk perhitungan indeks massa tubuh (IMT). Pada awal dan setiap minggu, asupan gizi makro pada kelompok kontrol dan SKUM dievaluasi melalui kuesioner food recall diluar asupan SKUM. Pengambilan darah dilakukan pada awal (baseline) dan akhir minggu ke-4 intervensi oleh perawat bersertifikat klinik dr. Katili. Tahap kelima adalah analisis darah dan plasma responden DM-2. Darah diambil sebanyak 2 mL pada saat pagi
v
hari setelah 12 jam berpuasa. Pengukuran kadar GDP dilakukan dengan metode prick menggunakan glukometer, lalu HbA1c, insulin, dan IL-6 dengan metode ELISA serta pengukuran jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan metode flow cytometry. Analisis statistik terhadap data mikrokapsul MSMn dilakukan dengan analisis satu arah varian ANOVA (Analisis of Variance) dan uji lanjut Duncan, sedangkan data plasma darah kelompok kontrol dan SKUM dianalisis dengan menggunakan uji T bebas dengan selang kepercayaan 95%.
Mikrokapsul MSMn dengan formulasi rasio 1:1.6 (b/b) merupakan formulasi rasio terbaik dengan nilai rendemen, total karotenoid dan efisiensi enkapsulasi yang paling tinggi yaitu sebesar 20.18±0.02%, 295.2±7.39 μg/g dan 59.95±1.50%. Nilai gizi SKU dari kedelai hitam dalam penelitian ini hampir sama dengan nilai gizi dari susu kedelai kuning. Rerata nilai IMT dari kelompok kontrol dan kelompok SKUM termasuk ke dalam kategori overweight dan pre-obese. Asupan protein dan serat kelompok SKUM lebih tinggi daripada kelompok kontrol. SKUM memberikan ekstra protein, serat, dan energi pada kelompok SKUM sebanyak 13.44, 46.56, dan 4.79%.
Setelah intervensi SKUM selama 4 minggu, terjadi penurunan kadar GDP pada kelompok kontrol yang lebih besar (17.33%) daripada kelompok SKUM (12.60%), namun terjadi penurunan kadar HbA1c pada kelompok SKUM (10.34%), sedangkan pada kelompok kontrol tetap. Lalu terjadi kenaikan kadar insulin yang lebih signifikan pada kelompok SKUM (14.28%) daripada kelompok kontrol (4.16%). Intervensi SKUM dalam diet responden DM-2 secara signifikan dapat mereduksi kadar HbA1c dan meningkatkan kadar insulin. SKUM dibuat dari kedelai hitam yang mempunyai IG sangat rendah yaitu 7.39 sehingga bersifat dapat menunda respon glikemik. SKUM juga mengandung protein dan isoflavon yang dapat meningkatkan kadar insulin pada penderita diabetes. Selain itu, karotenoid dari mikrokapsul MSMn dilaporkan dapat menurunkan kadar GDP dan resistensi insulin. Terjadi perbaikan sistem imun yang signifikan pada kelompok SKUM dibandingkan kelompok kontrol. SKUM dapat menekan kenaikan kadar IL-6 dari 0.230.04 menjadi 0.250.06 OD450 dan secara siginifikan menaikkan jumlah sel T CD4+ dari 563.13194.62 menjadi 679.95278.86 sel/μL darah serta sel T CD8+ dari 317.91105.40 menjadi 343.74162.27 86 sel/μL darah pada kelompok SKUM.
Produk SKUM dapat direkomendasikan untuk dikonsumsi responden DM-2 karena menurunkan indikator diabetes dan memperbaiki sistem imun responden DM-2. Walaupun SKUM tidak dapat dilihat pengaruhnya pada kadar GDP, tetapi SKUM dapat menurunkan kadar HbA1c, meningkatkan kadar insulin, menekan kadar IL-6 serta meningkatkan jumlah sel T CD4+, dan CD8+. Dengan demikian konsumsi SKUM dalam penelitian ini nampaknya dapat mengendalikan penanda diabetes pada responden.