Pengaruh dari Frekuensi Pemberian Pakan terhadapa Kelulushidupan dan Pertumbuhan dari Juvenile Bambu Spiny Lobster Panulirus versicolor di Indoneisa.
View/ Open
Date
2017Author
Syafrizal
Permana, Idat Galih
Utomo, Nur Bambang Priyo
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada tahun 2015 Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan peraturan
No. 1/PERMEN-KP/2015 tentang ukuran spiny lobster yang diperbolehkan untuk
ditangkap adalah lobster berukuran panjang karapak 8cm. Peraturan tersebut
dilengkapi dengan adanya Surat Edaran No. 18/MEN-KP/I/2015 yang melarang expor
lobster dengan ukuran lebih kecil dari 8cm panjang karapak yang mengakibatkan
pelarangan penjualan benih lobster ke Vietnam. Efek dari peraturan baru tersebut,
ribuan benih lobster yang rutin di export ke Vietnam dengan harga Rp.10.000,-
hingga harga Rp.16.000,- menjadi terhenti. Sedangkan kegiatan menangkap dan
menjual benih merupakan kegiatan bisnis yang berprosepek bagus untuk masyarakat
kecil di Lombok dan Aceh. Pembesaran lobster mencapai ukuran minimum yang
diperbolehkan (8cm ukuran panjang karapak) merupakan salah satu cara untuk
melanjutkan kelangsungan usaha dari penangkapan benih lobster dan untuk
meningkatkan nilai ekonomi untuk Indonesia. Jenis Spiny lobster tropis seperti
Panulirus argus dan Panuluris ornatus serta Panulirus versicolor memiliki
pertumbuhan yang relatif cepat. Di Aceh spiny lobster tropis seperti Panulirus
versicolor merupakan jenis yang umum ditemukan dan dapat dijadikan sebagai
kandidat untuk budidaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari frekeunsi pemberian
pakan pada kelulushidupan dan pertumbuhan pada bambu spiny lobster Panulirus
versicolor selama 30 hari pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Empat perlakuan antara
lain : FR1 = pemberian pakan satu kali dalam satu hari, FR2 = pemberian pakan dua
kali dalam satu hari, FR3 = pemberian pakan tiga kali dalam satu hari, FR4 =
pemberian pakan empat kali dalam satu hari. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
April 2017 di laboratorium basah Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee
(BPBAP Ujung Batee Provinsi Aceh, Indonesia (5°37'33"N, 95°36'54"E). Spiny
lobster dipelihara dengan menggunakan aerasi dan sistim filterasi air pada bak bulat
dengan ukuran diameter 56 cm dan tinggi 46 cm serta tinggi air 37 cm. Cahaya seperti
pada pada lingkungan alami, sebelum di masukan ke dalam bak pemeliharaan semua
lobster di ukur panjang karapak dan berat lobster. Jumlah lobster untuk setiap bak 22
ekor dan merupakan representasi dari kepadatan dengan luas 89 m2. Lobster
dipelihara menggunakan shelter, shelter berukuran 1 m x 0.2 m berbahan paranet
dibentuk seperti kipas dan ikatkan batu sebagai pemberat. Lobster uji telah di
adaptasikan selama seminggu dengan sebelum dilakukan uji coba dan diberi pakan
menggunakan ikan rucah. Selama penelitian lobster uji diberikan pakan buatan
selama 30 hari pemeliharaan. Setelah 30 hari pemeliharaan semua lobster uji di hitung
untuk mengetahui kelulushidupan dan mengukur panjang karapak serta berat dari
setiap masing masing lobster. Pengukuran moulting dilakukan dengan pencatatan
setiap hari dari setiap bak pemeliharaan.
Pakan lobster yang digunakan berasal dari project lobster ACIAR, dan dibuat
serta di produksi oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
Gondol (BBPPBL – Gondol). Jenis pakan berbentuk pellet dengan ukuran 2.2 mm
dengan komposisi sebagai berikut : tepung ikan (65.30%), tepung terigu (6.00%),
tepung gluten (6.00%), BioMos™ (0.50%), ikan segar (6.00%), kerang (6.00%), cumi
(1.00%), minyak ikan (2.60%), astaxanthin (1.00%), kolesterol (0.50%), lecithin
(1.70%), mineral premix (0.60%), vitamin premix (1.10%), Stay-C™ (0.40%),
pengikat (1.30%). Hasil analisa proximat: berat kering 83%, protein kasar 47.9%, dan
lemak 10.55%.
Dari hasil penelitian frekeunsi pemberian pakan untuk berat akhir,
kelulushidupan, Spesifik Growth Rate (SGR), Feed Consumption Ratio (FCR),
persentase total moulting untuk semua perlakuan (FR1, FR2, FR3 dan FR4) tidak
memberikan hasil signifikan (P>0.05) tetapi hasil signifikan didapat pada pengukuran
panjang akhir karapak (P<0.05) untuk semua perlakuan. Nilai rata – rata dari
kelulushidupan untuk semua perlakuan FR1 28.50±4.36, FR2: 30.50±4.36, FR3:
36.35±3.69, FR4: 31.75±6.13 dan rata – rata untuk berat (gr) akhir semua perlakuan
FR1: 0.87±0.17, FR2: 0.97±0.20, FR3: 0.91±0.23, FR4: 0.97±0.26.
Kelulushidupan larva dalam penelitian ini sangat rendah untuk semua perlakuan
(P> 0.05), dengan nilai rata – rata kelulushidupan antara FR1 hingga FR4 adalah
28.50 ± 4.36% to 36.25 ± 3.69%. Rendahnya kelulushidupan larva ini karena
beberapa faktor antara lain : kaninalisme, ukuran lobster, jenis pakan, kepadatan
lobster, serta waktu pemeliharaan, meskipun dalam penlitian ini menggunakan ukuran
lobster yang seragam dengan berat rata – rata 0.48 gr hingga 0.51 gr.
Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada pengaruh yang signifkan dari frekuensi
pemberian pakan terhadapa kelulushidupan, pertumbuhan seperti berat akhir dan
Spesifik Growth Rate (SGR) pada juvenile bambu spiny lobster Panulirus Versicolors
dengan tingginya jumlah pakan yang diberikan tetapi memberikan pengaruh yang
signifikan pada pertumbuhan panjang karapak lobster.
Collections
- MT - Animal Science [1148]