Prediksi dan Arahan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Blitar
View/ Open
Date
2018Author
Dewi, Puji Rosita
Barus, Baba
Munibah, Khursatul
Metadata
Show full item recordAbstract
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blitar selama lima tahun terakhir
semakin meningkat,yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan pemukiman.
Pesatnya perkembangan wilayah Kabupaten Blitar ditandai dengan
bertambahnya laju jumlah penduduk mempengaruhi daerah hunian menjadi
semakin padat. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan
konversi aneka penggunaan lahan ke permukiman, jika tanpa terencana akan
semakin mengancam produktifitas lahan. Alokasi permukiman harus dikendalikan
perkembangannya agar penggunaan lahan dapat optimal.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis perubahan penggunaan
lahan; (2) mengetahui pola persebaran permukiman di Kabupaten Blitar; (3)
prediksi penggunaan lahan pada tahun 2030; (4) arahan pengembangan
permukiman di Kabupaten Blitar. Data primer yang digunakan adalah data citra
Landsat-7 tahun 2000 dan citra Landsat-8 tahun 2015 pada path 118 dan 119 row
66. Model prediksi penggunaan lahan tahun 2030 menggunakan pendekatan
Cellular Automata-Markov berdasarkan pada skenario kesesuaian lahan. Pola
persebaran permukiman menggunakan spasial lanskap dan pemodelan Patch yang
merupakan pengembangan sotfware ArcGIS.
Kondisi penggunaan lahan Kabupaten Blitar dianalisis dalam 2 (dua) titik
tahun, diinterpretasikan pada citra satelit secara visual menghasilkan peta
penggunaan lahan tahun 2000 dan 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 7 (tujuh) kelas klasifikasi penggunaan lahan, yaitu : hutan, kebun
campuran, tegal, sawah, lahan terbangun, badan air, dan perkebunan.
Permukiman hasil interpretasi dari citra Landsat karena keterbatasan skala, masih
merupakan built up area yang terdiri tempat hunian dengan sarana prasarana
permukiman dan sarana pelayanan umum seperti industri, kesehatan, pendidikan,
perhubungan, perdagangan, jasa dan perkantoran, rel kereta api, serta jalan.
Perubahan tegal menjadi kebun campuran merupakan perubahan terluas
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Lahan terbangun mengalami
pertambahan luas didominasi berasal dari perubahan sawah, kebun campuran dan
tegal. Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2030 menunjukan tegal, lahan
terbangun dan perkebunan bertambah luas, sedangkan hutan, kebun campuran
dan sawah berkurang.
Pada tahun 2000 dan 2015 lahan terbangun merupakan kediaman
penduduk yang mengelompok, yang mempunyai pola menyebar di area dengan
topografi datar. Pertambahan luas permukiman pada prediksi tahun 2030 terjadi
dengan meluasnya poligon-poligon permukiman ke area disekitarnya yang
berasal dari konversi penggunaan lahan terutama sawah dan kebun campuran
yang berada di sekitar permukiman,sehingga bergabung membentuk poligon
permukiman baru yang lebih luas.
Arahan pengembangan permukiman di masa mendatang dilakukan dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan dan kebutuhan penduduk dengan
mempertahankan sawah dan hutan aktual tahun 2015. Hutan sebagai area
konservasi alam dan sawah untuk keberlanjutan pangan, tetap dijaga dari konversi
penggunaan lainnya. Kawasan permukiman dalam Pola Tata Ruang RTRW
Kabupaten Blitar tahun 2011 – 2031 masih belum mencukupi kebutuhan
penduduk pada tahun 2030, sehingga perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
peninjauan ulang.
Collections
- MT - Agriculture [3781]