Pengelolaan Lanskap Terintegrasi pada Jejaring Koridor Habitat Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Jawa Bagian Tengah
View/ Open
Date
2017Author
Nurfatimah, Cici
Syartinilia
Mulyani, Yeni Aryati
Metadata
Show full item recordAbstract
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah burung pemangsa endemik dari Pulau
Jawa yang statusnya terancam punah akibat penurunan kualitas dan kuantitas
habitat. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tingkat nasional sebagai upaya
untuk mengkonservasi satwa ini. Namun peraturan tersebut belum secara rinci
menjelaskan jenis konservasi seperti apa yang harus dilakukan. Selain itu tidak
banyak informasi yang tersedia tentang kondisi habitat Elang Jawa yang terbaru.
Ketersediaan citra dengan kualitas yang dibutuhkan pun terkadang menjadi
kendala. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekologi
lanskap dengan paradigma baru dalam bidang konservasi sumberdaya alam.
Paradigma tersebut antara lain: mengombinasikan struktur lanskap dengan
pengelolaan multi-skala; menghubungkan fungsi lanskap dengan pengelolaan
lintas-batas; pengelolaan yang adaptif pada perubahan; dan pengelolaan yang
menggabungkan unsur-unsur tersebut untuk mencapai integritas lanskap yang
berkelanjutan Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis penggunaan citra
multi-skala, memperbarui data sebaran kesesuaian habitat, menganalisis derajat
konektivitas antar patch, menganalisis koridor potensial dan menyusun strategi
konservasi. Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan data penginderaan jauh dalam analisis dan sintesis.
Pengujian dampak pemanfaatan kualitas citra multi-skala digunakan dengan
memasukan tiga variabel lingkungan (kelerengan, elevasi, indeks vegetasi)
dengan resolusi spasial 30 m, 90 m dan 250 m tahun 2014 ke dalam model
probabilitas kesesuaian habitat Elang Jawa (Syartinilia 2008). Patch habitat yang
dapat terdeteksi oleh model pada masing-masing resolusi menghasilkan jumlah
yang berbeda-beda. Tiga puluh delapan patch dengan total luas 2235.55 km2
terdeteksi pada model resolusi 30 m, 28 patch degan total luas 1852.06 km2
terdeteksi pada model resolusi 90 m dan 19 patch dengan total luas 1427.25 km2.
Hal ini menunjukkan bahwa citra dengan resolusi tinggi mampu mendeteksi patch
habitat lebih banyak daripada citra resolusi rendah. Selain itu citra resolusi tinggi
juga dapat mendeteksi batasan habitat dengan lebih baik daripada citra resolusi
rendah.
Analisis konektivitas yang digunakan untuk mengetahui keterhubungan
antar patch habitat remnant berhasil mengelompokkan patch-patch tersebut ke
dalam 3 kategori. Sembilan belas patch pada resolusi 250 m dikategorikan ke
dalam 4 patch inti, 9 patch stepping-stone dan 6 patch terisolasi. Kualitas tutupan
lahan pada patch remnant habitat Elang Jawa hampir semuanya didominasi oleh
tutupan hutan alami sebagai habitat utama dan didukung oleh mosaik lanskap di
sekitarnya sebagai habitat sekunder. Namun dari 19 patch hanya terdapat 2 patch
yang memiliki tutupan dominan ladang akibat ekspansi lahan pertanian yang tidak
terkendali. Sebagai upaya meningkatkan keterhubungan antar patch lintas-batas
maka dilakukan analisis least-cost untuk menentukan area-area yang berpotensi
sebagai koridor ekologi. Terdapat 9 jalur koridor ekologi yang berpotensi untuk
dikelola yaitu koridor Jawa Barat-Slamet sebagai penghubung antara Jawa bagian
barat dengan Jawa bagian tengah, koridor Slamet-Dieng, koridor Dieng-Sumbing,
koridor Dieng-Ungaran, koridor Ungaran-Muria, koridor Sumbing-Merbabu,
koridor Sumbing-Telomoyo, koridor Ungaran-Merbabu, dan koridor Merbabu-
Lawu sebagai penghubung antara Jawa bagian tengah dengan bagian timur.
Monitoring terhadap perubahan lanskap habitat dilakukan pada resolusi 250
m. Selama kurun waktu antara tahun 2002 dan 2014 jumlah patch berkurang
sebanyak 24% dan luas total berkurang sebanyak 3.1%. Sebanyak 12 patch
menghilang, 5 patch yang baru muncul, 2 patch muncul akibat proses
fragmentasi, 7 patch bertambah luasnya dan 5 patch berkurang luasnya. Perlu
dilakukan upaya pengelolaan yang tepat agar kualitas dan kuantita habitat Elang
Jawa tidak semakin turun yang berakibat pada tingginya potensi kepunahan.
Untuk mencapai integritas lanskap berkelanjutan maka perlu dilakukan
pengelolaan terintegrasi dengan penggabungan multi-skala, lintas-batas dan
pengelolaan adaptif. Integrasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pengelolaan
jejaring koridor habitat Elang Jawa di Jawa bagian tengah. Usulan pengelolaan
dibagi ke dalam dua jenis rekomendasi. 2 rekomendasi umum disusun untuk
mendukung peraturan pemerintah yang sudah ada yang berkaitan dengan
pembaruan informasi luas, jumlah dan sebaran habitat yang seuai untuk Elang
Jawa. Sedangkan rekomendasi khusus terangkum dalam 3 strategi pengelolaan
yaitu: (a) mempertimbangkan kombinasi struktur dan skala dalam pengelolaan
sumberdaya alam; (b) pengelolaan patch berdasarkan karakter dan peningkatan
keterhubungan lintas-batas; (c) pengelolaan yang adaptif terhadap perubahan pada
lanskap.
Collections
- MT - Agriculture [3772]