Show simple item record

dc.contributor.advisorSyartinilia
dc.contributor.advisorMulyani, Yeni Aryati
dc.contributor.authorNurfatimah, Cici
dc.date.accessioned2018-02-13T04:01:54Z
dc.date.available2018-02-13T04:01:54Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90860
dc.description.abstractElang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah burung pemangsa endemik dari Pulau Jawa yang statusnya terancam punah akibat penurunan kualitas dan kuantitas habitat. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tingkat nasional sebagai upaya untuk mengkonservasi satwa ini. Namun peraturan tersebut belum secara rinci menjelaskan jenis konservasi seperti apa yang harus dilakukan. Selain itu tidak banyak informasi yang tersedia tentang kondisi habitat Elang Jawa yang terbaru. Ketersediaan citra dengan kualitas yang dibutuhkan pun terkadang menjadi kendala. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekologi lanskap dengan paradigma baru dalam bidang konservasi sumberdaya alam. Paradigma tersebut antara lain: mengombinasikan struktur lanskap dengan pengelolaan multi-skala; menghubungkan fungsi lanskap dengan pengelolaan lintas-batas; pengelolaan yang adaptif pada perubahan; dan pengelolaan yang menggabungkan unsur-unsur tersebut untuk mencapai integritas lanskap yang berkelanjutan Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis penggunaan citra multi-skala, memperbarui data sebaran kesesuaian habitat, menganalisis derajat konektivitas antar patch, menganalisis koridor potensial dan menyusun strategi konservasi. Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan data penginderaan jauh dalam analisis dan sintesis. Pengujian dampak pemanfaatan kualitas citra multi-skala digunakan dengan memasukan tiga variabel lingkungan (kelerengan, elevasi, indeks vegetasi) dengan resolusi spasial 30 m, 90 m dan 250 m tahun 2014 ke dalam model probabilitas kesesuaian habitat Elang Jawa (Syartinilia 2008). Patch habitat yang dapat terdeteksi oleh model pada masing-masing resolusi menghasilkan jumlah yang berbeda-beda. Tiga puluh delapan patch dengan total luas 2235.55 km2 terdeteksi pada model resolusi 30 m, 28 patch degan total luas 1852.06 km2 terdeteksi pada model resolusi 90 m dan 19 patch dengan total luas 1427.25 km2. Hal ini menunjukkan bahwa citra dengan resolusi tinggi mampu mendeteksi patch habitat lebih banyak daripada citra resolusi rendah. Selain itu citra resolusi tinggi juga dapat mendeteksi batasan habitat dengan lebih baik daripada citra resolusi rendah. Analisis konektivitas yang digunakan untuk mengetahui keterhubungan antar patch habitat remnant berhasil mengelompokkan patch-patch tersebut ke dalam 3 kategori. Sembilan belas patch pada resolusi 250 m dikategorikan ke dalam 4 patch inti, 9 patch stepping-stone dan 6 patch terisolasi. Kualitas tutupan lahan pada patch remnant habitat Elang Jawa hampir semuanya didominasi oleh tutupan hutan alami sebagai habitat utama dan didukung oleh mosaik lanskap di sekitarnya sebagai habitat sekunder. Namun dari 19 patch hanya terdapat 2 patch yang memiliki tutupan dominan ladang akibat ekspansi lahan pertanian yang tidak terkendali. Sebagai upaya meningkatkan keterhubungan antar patch lintas-batas maka dilakukan analisis least-cost untuk menentukan area-area yang berpotensi sebagai koridor ekologi. Terdapat 9 jalur koridor ekologi yang berpotensi untuk dikelola yaitu koridor Jawa Barat-Slamet sebagai penghubung antara Jawa bagian barat dengan Jawa bagian tengah, koridor Slamet-Dieng, koridor Dieng-Sumbing, koridor Dieng-Ungaran, koridor Ungaran-Muria, koridor Sumbing-Merbabu, koridor Sumbing-Telomoyo, koridor Ungaran-Merbabu, dan koridor Merbabu- Lawu sebagai penghubung antara Jawa bagian tengah dengan bagian timur. Monitoring terhadap perubahan lanskap habitat dilakukan pada resolusi 250 m. Selama kurun waktu antara tahun 2002 dan 2014 jumlah patch berkurang sebanyak 24% dan luas total berkurang sebanyak 3.1%. Sebanyak 12 patch menghilang, 5 patch yang baru muncul, 2 patch muncul akibat proses fragmentasi, 7 patch bertambah luasnya dan 5 patch berkurang luasnya. Perlu dilakukan upaya pengelolaan yang tepat agar kualitas dan kuantita habitat Elang Jawa tidak semakin turun yang berakibat pada tingginya potensi kepunahan. Untuk mencapai integritas lanskap berkelanjutan maka perlu dilakukan pengelolaan terintegrasi dengan penggabungan multi-skala, lintas-batas dan pengelolaan adaptif. Integrasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pengelolaan jejaring koridor habitat Elang Jawa di Jawa bagian tengah. Usulan pengelolaan dibagi ke dalam dua jenis rekomendasi. 2 rekomendasi umum disusun untuk mendukung peraturan pemerintah yang sudah ada yang berkaitan dengan pembaruan informasi luas, jumlah dan sebaran habitat yang seuai untuk Elang Jawa. Sedangkan rekomendasi khusus terangkum dalam 3 strategi pengelolaan yaitu: (a) mempertimbangkan kombinasi struktur dan skala dalam pengelolaan sumberdaya alam; (b) pengelolaan patch berdasarkan karakter dan peningkatan keterhubungan lintas-batas; (c) pengelolaan yang adaptif terhadap perubahan pada lanskap.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcLandscapid
dc.subject.ddcIntegrated Lanscapid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titlePengelolaan Lanskap Terintegrasi pada Jejaring Koridor Habitat Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Jawa Bagian Tengahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordNisaetus bartelsiid
dc.subject.keywordkonektivitasid
dc.subject.keywordanalisis least-costid
dc.subject.keywordkoridor ekologiid
dc.subject.keywordkonservasi satwa liarid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record