Rancang Bangun Model Rantai Pasok Agroindustri Kakao Berkelanjutan Dengan Menggunakan Sistem Cerdas
View/ Open
Date
2016Author
Sriwana, Iphov Kumala
Arkeman, Yandra
Dahrulsyah
Marimin
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan produsen kakao ke-3 terbesar di dunia tetapi tidak
diimbangi dengan kesejahteraan petani karena rendahnya produktivitas kakao
sehingga banyak petani yang melakukan konversi lahan. Tahun 2014, Indonesia
diperkirakan mengimpor sekitar 100 000 ton kakao karena produksi terus menyusut
dan konversi lahan terus terjadi setiap tahun. Dari luas tanaman kakao 1.5 juta ha
kini menyusut menjadi sekitar 1.3 juta Ha. Hal ini menunjukkan adanya
permasalahan pada keberlanjutan rantai pasok agroindustri kakao.
Tujuan penelitian yaitu untuk merancang model keberlanjutan rantai pasok
agroindustri kakao berdasarkan dimensi sosial, dimensi lingkungan dan dimensi
ekonomi. Pada dimensi sosial, diselesaikan dengan menggunakan Soft System
Based Multimethodology (SSBM) yaitu melakukan perbandingan model nyata
dengan model usulan di langkah 5 Soft systems methodology (SSM) yang digabung
dengan hasil analisis Interpretative Structural Modelling (ISM). Pada dimensi
lingkungan, diselesaikan dengan menggunakan Fuzzy AHP dan severity index. Pada
dimensi ekonomi, diselesaikan dengan menggunakan Fuzzy AHP dan Agent Based
Model (ABM).
Penelitian ini diawali dengan mengukur indeks keberlanjutan dan penentuan
indikator kunci dari setiap dimensi menggunakan MDS dengan teknik Rap-cacao
yang merupakan pengembangan dari Rapfish dengan merubah atribut dari masing
masing dimensi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan
mutidimensi (dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan) adalah sebesar 29.33%
(kurang berkelanjutan). Indeks keberlanjutan yang paling rendah adalah pada
dimensi ekonomi sebesar 20.75% (tidak berkelanjutan) sehingga harus terwujud
adanya keseimbangan distribusi keuntungan yang merupakan indikator kunci dari
keberlanjutan pada dimensi ekonomi. Indeks tertinggi adalah pada dimensi
lingkungan sebesar 43.41% (kurang berkelanjutan). Hasil analisis keberlanjutan
mempunyai tingkat kepercayaan tinggi karena masing masing dimensi mempunyai
selisih antara MDS dengan Monte Carlo dibawah 5% atau nilai rata-rata sebesar
0.39%. Indeks keberlanjutan untuk semua dimensi bernilai dibawah 50%, sehingga
harus dilakukan perbaikan pada semua dimensi, terutama pada indikator kunci.
Perbaikan pada setiap dimensi harus dilakukan secara terintegrasi.
Indeks keberlanjutan dimensi sosial sebesar 40.99% (kurang berkelanjutan)
dan indikator kunci yang mempengaruhi keberlanjutan dari dimensi sosial adalah
kelembagaan. Rancangan kelembagaan yang diusulkan merupakan hasil analisis
Soft Systems Based Multimethodology (SSBM) yang merupakan kebaruan dalam
metodologi. Hasil yang diperoleh yaitu usulan perubahan fungsi kelembagaan
gapoktan yang semula hanya melakukan fungsi pemasaran, kemudian melakukan 3
unit usaha lainnya yaitu unit usaha simpan pinjam untuk sarana dan prasarana
produksi bagi petani, unit usaha simpan pinjam dan teknologi pasca panen bagi
kelompok tani, unit usaha tani untuk melakukan bimbingan teknis kepada petani
dan memberikan lahan percontohan yang dapat diikuti oleh petani dan unit usaha
pemasaran yang berhubungan dengan industri Grinding. Kelembagaan yang
diusulkan, memerlukan aliansi keahlian yang berfungsi untuk memberikan
masukan dan transfer pengetahuan kepada petani. Pendanaan Aliansi keahlian
diharapkan berasal dari Industri Grinding, sehingga terjalin kerjasama yang kuat
antara Industri Grinding dengan petani dan dapat memfasilitasi petani dalam
perolehan ilmu pengetahuan untuk pengelolaan perkebunannya.
Indeks keberlanjutan dimensi lingkungan sebesar 43.41% (kurang
berkelanjutan) dan indikator kunci yang harus diperhatikan adalah produk
sampingan kakao. Kakao menghasilkan produk sampingan yang cukup banyak,
yaitu produk sampingan yang berasal dari kulit buah, pulpa biji dan daun. Produk
sampingan tersebut apabila tidak diolah lebih lanjut dapat menimbulkan berbagai
dampak yang mempengaruhi keberlanjutan rantai pasok agroindustri kakao,
diantaranya yaitu dampak terhadap harga, mutu, kuantitas, finansial, lingkungan,
pasar, transportasi dan penyimpanan. Untuk mengurangi dampak tersebut maka
disusun perancangan strategi untuk mengatasi dampak produk sampingan.
Pemilihan strategi dilakukan dengan menggunakan Fuzzy AHP. Strategi yang
terpilih adalah Good Agricultural Practices (GAP). Petani harus diberi
pengetahuan mengenai GAP dan GAP harus dilakukan secara konsisten dan
berkelanjutan. Implementasi GAP dapat meningkatkan kemampuan petani
sehingga meningkatkan mutu dan produktivitas.
Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi adalah sebesar 20.75 % (tidak
berkelanjutan) dan elemen kritisnya adalah keseimbangan distribusi keuntungan.
Keuntungan yang diterima oleh para pelaku rantai pasok agroindustri kakao saat ini
belum seimbang. Hal ini terjadi karena adanya oligopsoni dalam pasar kakao
nasional, dimana industri pengolah biji kakao menjadi penentu harga di tingkat
petani, sehingga menyebabkan tidak adanya motivasi petani untuk meningkatkan
produktivitas kakao maupun mutunya. Untuk memperbaiki hal tersebut, dirancang
model keseimbangan distribusi keuntungan dengan menggunakan simulasi Agent
Based Model dan Fuzzy AHP. Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa
keuntungan yang seimbang diperoleh pada saat petani memperoleh keuntungan
sebesar 28 % atau apabila keuntungan petani ditingkatkan sebesar 15 % dari total
keuntungan saat ini. Besarnya informasi keuntungan setiap agent merupakan salah
satu kebaruan yang diperoleh pada pemenilitian ini. Besarnya keuntungan setiap
agent bervariasi tergantung kepada besarnya bobot risiko dan biaya.
Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa pada saat kapasitas yang tidak terlalu
rendah (lebih dari 20 000 kg), rantai yang sebaiknya dipilih oleh petani adalah rantai
4 (Petani-UPH-Gapoktan-Grinding-Hilir). Pemilihan rantai ini pun memberikan
pengertian bahwa petani sebaiknya hanya fokus pada pengolahan perkebunan,
sementara untuk aktivitas pasca panen, sebaiknya dilakukan oleh kelompok tani
(UPH) karena UPH sudah memiliki peralatan yang dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas pasca panen yang mampu menghasilkan mutu yang lebih baik.
Terintegrasinya perbaikan keberlanjutan rantai pasok agroindustri kakao dapat
meningkatkan kesejahteraan petani sehingga memotivasi petani untuk mengolah
kebunnya dengan baik dan dapat menghindari terjadinya konversi lahan serta
meningkatkan keberlanjutan rantai pasok agroindustri kakao.