Keragaan Morfo-Fisiologi Kacang-Kacangan (Phaseolus Spp.) Yang Ditanam Pada Dua Ketinggian Tempat Yang Berbeda
View/ Open
Date
2016Author
Trisnawati, Delfi
Triadiati
Mubarik, Nisa Rachmania
Metadata
Show full item recordAbstract
Permintaan masyarakat di Indonesia terhadap kacang-kacangan meningkat
setiap tahunnya, namun produksi kacang-kacangan di Indonesia belum dapat
mencukupi kebutuhan konsumen. Pertumbuhan tanaman kacang-kacangan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ketinggian tempat, suhu, intensitas
cahaya matahari, dan kelembapan. Kacang-kacangan lokal telah banyak
dimanfaatkan oleh petani di Indonesia, seperti di Kabupaten Lima Puluh Kota,
Provinsi Sumatera Barat. Namun kacang ini belum sepenuhnya dieksplorasi,
sehingga perlu adanya usaha peningkatan produktivitas kacang-kacangan dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal yang ada. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis dan mengevaluasi keragaan morfo-fisiologi kacang-kacangan
(Phaseolus spp.) yang ditanam pada dua ketinggian tempat yang berbeda.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 - Juni 2015. Empat
macam kacang yang digunakan ialah Jackson Wonder Bean (JWB - Phaseolus
lunatus), Christmas Bean (CHB - Phaseolus lunatus), Cranberry Bean (CRB -
Phaseolus vulgaris), dan White Kidney Bean (WKB - Phaseolus vulgaris). Empat
macam kacang tersebut ditanam pada ketinggian tempat 1100 m dpl (lokasi I) dan
pada ketinggian 250 m dpl (lokasi II). Peubah fisiologi berupa konduktansi stomata,
konsentrasi CO2 interseluler, laju transpirasi dan laju fotosintesis diukur
menggunakan alat LI-COR, dan serapan Nitrogen daun menggunakan metode
Kjeldahl. Peubah morfologi yang diukur ialah bentuk dan letak bintil pada
perakaran, jumlah bintil akar, tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah daun, lebar
daun, panjang daun, bobot basah dan bobot kering akar, batang, dan berat 100 biji.
Peubah fisiologi dipengaruhi oleh lokasi penelitian, sedangkan peubah
morfologi dipengaruhi oleh interaksi antara ketinggian tempat dan jenis kacang.
Laju fotosintesis tanaman kacang lebih tinggi pada lokasi dengan ketinggian tempat
1100 m dpl. Perbedaan kondisi lingkungan mempengaruhi habitus JWB (P.
vulgaris). CHB (P. lunatus) menghasilkan jumlah polong tertinggi pada ketinggian
tempat 1100 m dpl.