Partial Least Square Structural Equation Modeling (Pls-Sem) Pada Data Biner (Kasus: Faktor Pendorong Peningkatan Pengetahuan Koperasi Susu Di Indonesia).
View/ Open
Date
2016Author
Pangesti, Riwi Dyah
Sumertajaya, I Made
Sukmawati, Anggraini
Metadata
Show full item recordAbstract
Peubah laten merupakan peubah yang tidak dapat diukur secara langsung.
Peubah laten dapat diukur berdasarkan indikator-indikator yang dapat
mencerminkan peubah laten tersebut. Nilai tiap indikator untuk mengukur peubah
laten biasanya didapatkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden.
Kuesioner ini kebanyakan menggunakan skala likert. Kelemahan skala likert
menurut Garland (1991) adalah sering terjadinya bias sosial. Satu hal lagi,
menurut Mattjik dan Sumertajaya (2011), ketika sebuah peubah diukur
berdasarkan indikatornya akan terdapat dua permasalahan besar, yaitu masalah
pengukuran dan masalah hubungan kausalitas. Teknik statistika yang dapat
digunakan untuk mengukur atau menganalisis pola hubungan dan pola pengaruh
(baik langsung maupun tidak langsung) secara simultan serta untuk mengetahui
indikator-indikator yang dapat mengukur peubah laten tersebut valid dan reliabel
adalah Model Persamaan Struktural (MPS) atau Structural Equation Modeling
(SEM).
Structural Equation Modeling (SEM) pada awalnya dikembangkan
berdasarkan matriks peragam yang disebut dengan Covariance-Based SEM (CBSEM).
Covariance-Based SEM (CB-SEM) ini mensyaratkan terpenuhinya asumsi
normalitas ganda dan ukuran contoh yang besar, setidaknya 5 kali parameternya
atau 10 kali indikatornya. Pada kenyataannya tidak semua kasus memenuhi
keadaan tersebut. Pendekatan yang powerfull dalam mengatasi hal tersebut adalah
menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Koperasi Susu Indonesia yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Susu
Indonesia (GKSI) merupakan organisasi modern yang dalam menjalankan
fungsinya, koperasi-koperasi ini telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen.
Koperasi susu di Indonesia menampung hasil perahan susu dari peternak dan
langsung mendistribusikannya ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Koperasi ini
menjadi jembatan antara peternak dan IPS. Sukmawati et. al. (2009) menerangkan
pada tahun 2004-2006 impor Indonesia untuk susu dan produk turunannya
mencapai 92%. Hal ini mengindikasikan kurangnya kualitas koperasi persusuan
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan susu segar di Indonesia. Oleh karena itu
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan pemberdayaan masyarakat serta
daya saing berbasis pengetahuan di dalam koperasi ini harus terus ditingkatkan
untuk menciptakan inovasi yang semakin baik. Faktor-faktor pendorong
tercapainya pengetahuan di suatu organisasi yang dikutip Purwanto (2010) antara
lain adalah visi bersama, penyebaran pengetahuan internal, dan proses penciptaan
pengetahuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan model PLS-SEM terbaik dari
sistem peningkatan pengetahuan koperasi pada data biner dan membandingkannya
dengan data skala likert. Model terbaik dilihat berdasarkan ukuran kebaikan
model pengukuran yang meliputi validitas konvergen, validitas diskriminan, dan
reliabilitas. Model terbaik juga dilihat berdasarkan uji kebaikan model struktural
yang meliputi R-square, f-square, , , RMSEA, SRMR, Khi-Kuadrat, dan
GoF. Uji statistik t melalui prosedur bootstrapping juga dilakukan untuk lebih
menegaskan kesimpulan terkait model terbaik yang diperoleh.
Berdasarkan nilai validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas
dapat disimpulkan bahwa data skala likert memberikan hasil yang lebih baik
daripada skala biner. Hal ini disebabkan bahwa skala likert merupakan ukuran
yang lebih tinggi daripada skala biner. Berdasarkan uji R-square, f-square, ,
dan GoF, memperlihatkan juga bahwa skala likert lebih baik daripada skala biner.
Sedangkan berdasarkan nilai Khi-Kuadrat, RMSEA, dan SRMR, kedua model ini
tidak mengindikasikan model yang baik. Hal ini dikarenakan, ketiga kriteria ini
mensyaratkan data berdistribusi normal ganda, sedangkan skala likert dan skala
biner tidak mengikuti sebaran normal ganda. Dengan demikian, model terbaik
berdasarkan kriteria tersebut adalah model pengetahuan koperasi yang dibangun
berdasarkan skala likert. Model pengetahuan koperasi yang dibangun berdasarkan
skala biner dapat diselesaikan dengan pendekatan PLS-SEM yang lainnya.