Konsentrasi Logam Berat Dan Bioekologi Ikan Sapu-Sapu, Pterygoplichthys Pardalis (Castelnau, 1855) Di Sungai Ciliwung
View/ Open
Date
2016Author
Aksari, Yuang Dinni
Perwitasari, Dyah
Butet, Nurlisa Alias
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan sapu-sapu (Loricariidae), Pterygoplichthys pardalis jumlahnya
berlimpah di Sungai Ciliwung. Ikan ini digunakan sebagai salah satu sumber
protein hewan, tetapi kondisinya yang tercemar logam berat menjadikannya
beresiko terhadap kesehatan jika dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis konsentrasi Cd, Hg, dan Pb pada insang, hati, dan otot ikan sapusapu
secara spasial maupun temporal; menganalisis kerusakan jaringan organ ikan
sapu-sapu; menganalisis karakteristik pertumbuhan dan faktor kondisi ikan sapusapu
(P. pardalis) di Sungai Ciliwung.
Pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan dan kemarau di
ketiga lokasi sepanjang Sungai Ciliwung, yaitu Bogor (hulu), Depok (tengah), dan
Jakarta (hilir). Seluruh sampel ikan tangkapan diukur panjang total dan beratnya
untuk analisis bioekologi ikan. Enam ekor ikan berukuran seragam dikoleksi dari
masing-masing lokasi, diambil insang, hati, dan ototnya untuk analisis konsentrasi
logam berat dan analisis kerusakan jaringan. Konsentrasi logam berat diukur
menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA), selanjutnya dianalisis
menggunakan uji ANOVA dan uji Tukey dengan program R. Untuk analisis
kerusakan jaringan, sampel organ fisiologis, yakni insang dan hati dibuat preparat
histologi menggunakan metode parafin dan pewarnaan rhodizonate,
didokumentasikan, selanjutnya dianalisis tingkat kerusakannya. Sampel air
dikoleksi untuk analisis logam berat dalam perairan dan uji kualitas air.
Bioekologi ikan yang menggambarkan kesehatan ikan diukur melalui dua
parameter, yaitu karakteristik pertumbuhan dan faktor kondisi ikan. Keduanya
dianalisis menggunakan uji t pada Ms. Excel dan Elevan I FiSAT II.
Konsentrasi total logam pada organ ikan tidak signifikan antar lokasi
maupun musim, tetapi signifikan antar organ (p = 0.0378) dan antar ketiga logam
(p = 5.12 x 10-7). Konsentrasi logam tertinggi hingga terendah ditemukan di hati,
insang, kemudian otot. Pb merupakan logam dengan konsentrasi tertinggi yang
ditemukan pada organ ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung, disusul Hg kemudian
Cd. Konsentrasi Pb pada insang, hati, dan otot berturut-turut 0.002571, 0.005467,
dan 0.001609 μg/g, dengan konsentrasi rata-rata 0.003216 μg/g. Konsentrasi Hg
pada insang, hati, dan otot berturut-turut 0.002826, 0.004333, dan 0.003960 μg/g,
dengan konsentrasi rata-rata 0.003707 μg/g. Konsentrasi Cd pada insang, hati, dan
otot berturut-turut 0.000146, 0.00828, dan 0.0075 μg/g, dengan konsentrasi ratarata
0.00035 μg/g. Konsentrasi ketiga logam pada otot ikan berada di bawah nilai
ambang batas (NAB) menurut SNI 2009 maupun FAO, sehingga ikan sapu-sapu
dari Sungai Ciliwung aman untuk dikonsumsi. Batas aman konsumsi otot ikan per
minggu per kg berat badan untuk masing-masing logam Cd, Hg, dan Pb
berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan FAO berturut-turut adalah 0.077,
0.721, 6.213 kg.
Konsentrasi logam berat dalam perairan umumnya rendah, kecuali Hg.
Konsentrasi Hg tertinggi ditemukan di segmen tengah pada musim penghujan dan
di segmen hilir pada musim kemarau, yaitu 0.0039 dan 0.0021 mg/L. Konsentrasi
tersebut telah melebihi NAB menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1990, sehingga ditinjau dari besarnya konsentrasi Hg, air Sungai Ciliwung tidak
layak digunakan sebagai sumber air minum maupun untuk keperluan perikanan
maupun peternakan.
Analisis histologi menunjukkan insang dan hati ikan yang ditemukan di
Jakarta (hilir) mengalami kerusakan lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Kerusakan insang pada musim penghujan lebih tinggi dibandingkan musim
kemarau. Hal ini berkorelasi positif dengan meningkatnya konsentrasi Hg pada
musim tersebut. Insang ikan sapu-sapu mengalami kerusakan struktur serta
plasma epitel lamella sekunder dan jaringan ikat, atropi, nekrosis, dan hipertropi.
Sedangkan hati mengalami haemorrhage, kerusakan struktur hepatosit, jaringan
ikat, dan duktus bilirubin (bile duct), atropi, nekrosis, dan hipertropi. Kerusakan
jaringan hati tidak konsisten berdasarkan musim seperti pada insang. Hal ini
berkaitan dengan waktu depurasi logam di hati membutuhkan waktu yang lama,
sehingga baik konsentrasi maupun kerusakan yang terjadi umumnya tidak
dipengaruhi oleh musim. Deposit logam terdapat pada jaringan ikat insang, serta
hepatosit dan jaringan ikat hati.
Ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung mengalami pertumbuhan bersifat
allometrik negatif (b = 0.241-2.679) dengan laju pertumbuhan 8.2 per tahun.
Pertumbuhan allometrik negatif pada ikan sapu-sapu diduga berkaitan dengan
bentuk tubuhnya yang pipih dorsoventral. Faktor kondisi ikan berkisar antara
0.631 hingga 1.278. Kondisi ikan di hilir lebih gemuk dibandingkan kondisi ikan
di hulu. Hal ini berkaitan dengan kelimpahan pakan yang tinggi di hilir karena
tidak adanya kompetitor, serta kesesuain antara topografi hilir sungai dengan
perilaku makan (feeding habits) ikan sapu-sapu. Paparan logam yang lebih tinggi
menyebabkan ikan sapu-sapu di hilir tidak mampu memaksimalkan pertumbuhan
panjang tubuhnya sehingga berukuran relatif lebih pendek dibandingkan ikan di
hulu. Terdeteksinya logam berat baik pada ikan maupun air Sungai Ciliwung
menjadikan perlu adanya kewaspadaan penggunaan sumber daya dari perairan
tersebut baik untuk konsumsi maupun untuk perikanan dan peternakan.