Spatio-Temporal Sequential Pattern Mining Untuk Deteksi Dini Kebakaran Pada Lahan Gambut Di Provinsi Riau
View/ Open
Date
2016Author
Kirono, Sodik
Sitanggang, Imas Sukaesih
Syaufina, Lailan
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan penyiapan lahan sering dilakukan dengan pembakaran yang tidak
terkendali sering menyebabkan kebakaran sehingga menimbulkan dampak yang
sangat merugikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan deteksi dini kebakaran terutama
di lahan gambut.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola sequential titik panas di
lahan gambut provinsi Riau menggunakan algoritme Douglas-Peucker dan konsep
substring tree structure. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
membantu memprediksi kemunculan titik panas pada lahan gambut di provinsi
Riau dan melakukan deteksi dini (early detection system) kebakaran lahan gambut
agar penyebaran kebakaran dapat diminimalkan.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap utama yaitu praproses data,
pembentukan singular frequent pattern dengan algoritme Douglas-Peucker,
pembentukan frequent sequential pattern dengan konsep substring tree structure,
dan identitifkasi titik panas yang menjadi indikator kuat kebakaran lahan gambut.
Penelitian dilakukan pada data titik panas yang diperoleh dari FIRMS untuk tahun
2000-2015, meskipun pembahasan difokuskan pada data tahun 2014 dan 2015.
Penelitian menghasilkan tiga jenis pola sequential yaitu pola sequential
tanggal, hari, dan lokasi. Pola sequential tanggal yang paling banyak muncul tahun
2014 adalah 11 Maret 2014 diikuti 13 Maret 2014, artinya bahwa terjadi
kemunculan titik panas pada tanggal 11 Maret 2014 dan kemudian muncul kembali
pada tanggal 13 Maret 2014. Pola sequential tersebut terjadi pada 7 kabupaten/ kota
yaitu Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kepulauan Meranti, Bengkalis, Rokan Hilir,
dan Dumai.
Pola sequential tanggal yang paling banyak muncul tahun 2015 adalah 9 Juni
2015 diikuti 11 Juni 2015 yang artinya bahwa kemunculan titik panas terjadi pada
tanggal 9 Juni 2015 dan kemudian diikuti pada tanggal 11 Juni 2015. Pola
sequential tersebut terjadi pada 4 kabupaten/ kota yaitu Dumai, Rokan Hilir,
Bengkalis, dan Kepulauan Meranti.
Pola sequential hari yang paling banyak muncul tahun 2014 adalah Kamis
diikuti Jumat, artinya terjadi kemunculan titik panas pada hari Kamis kemudian
diikuti pada hari Jumat pada lokasi yang sama atau dalam radius 1 kilometer. Pola
sequential tersebut terjadi pada 9 dari 12 kabupaten/ kota di provinsi Riau yaitu
Siak, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, Rokan Hulu, Dumai,
Kepulauan Meranti, dan Indragiri Hulu.
Selain itu, pola yang paling banyak muncul lain adalah Jumat diikuti Sabtu
diikuti Minggu, artinya terjadi kemunculan titik panas pada hari Jumat kemudian
diikuti Sabtu dan kemudian diikuti Minggu. Pola sequential tersebut terjadi pada 7
kabupaten/ kota di provinsi Riau yaitu Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Dumai,
Indragiri Hilir, Pelalawan, dan Kepulauan Meranti.
Pola sequential hari yang paling banyak muncul tahun 2015 adalah Kamis
diikuti Sabtu, artinya terjadi kemunculan titik panas pada hari Kamis kemudian
pada radius 1 km diikuti kemunculan pada hari Sabtu. Pola tersebut penting karena
cenderung terjadi di akhir minggu. Pola sequential tersebut terjadi pada 8
kabupaten/ kota di provinsi Riau yaitu Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Indragiri
Hilir, Indragiri Hulu, Kepulauan Meranti, Pelalawan, dan Siak.
Pola sequential lokasi yang paling banyak muncul tidak dapat ditentukan. Hal
ini karena jumlah support masing-masing pola yang hampir sama. Selain itu, pola
sequential lokasi juga tidak dapat digunakan untuk deteksi dini kebakaran, hal ini
karena jumlah support yang relatif kecil.
Penelitian juga menghasilkan persentase titik panas yang menjadi indikator
kuat kebakaran lahan gambut di provinsi Riau. Persentase titik panas yang menjadi
indikator kuat kebakaran lahan gambut pada tahun 2014 adalah 22.77%. Artinya,
sekitar 22.77% titik panas yang terjadi di lahan gambut provinsi Riau adalah
potensial kebakaran.