Aktivitas Ekstrak Etanol Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Terhadap Immunosurveillance Tikus Putih Melalui Histopatologi Limpa, Kadar Sitokin Il-2 Dan Il-12
View/ Open
Date
2016Author
Hasanah, Nur
Artika, I Made
Wibowo, Agung Eru
Metadata
Show full item recordAbstract
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hilangnya mekanisme kontrol normal yang mengatur proliferasi dan diferensiasi sel sehingga menyebabkan pembelahan sel secara tidak terkendali dan akhirnya membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor (Sakar dan Mandal 2011). Berdasarkan data WHO 2014, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler Metode pengobatan kanker saat ini umumnya menggunakan pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan imunoterapi. Beberapa kendala dalam pengobatan kanker diantaranya harga obat yang mahal dengan tatalaksana yang rumit (terkait alat dan keahlian petugas medis), adanya efek samping terhadap kesehatan (Ranasasmita 2008). Senyawa aktif temu ireng memiliki peran utama dalam pencegahan, penghambatan karsinogenesis serta memiliki efek antioksidan, antiinflamasi dan mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan sel tumor MCF-7 pada manusia (Liu et al. 2014)
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 48 tikus dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kontrol (-) DMBA, kontrol (+) Meniran, PTI-1, PTI-2 dan PTI-3 yaitu pemberian temu ireng dengan 3 variasi dosis (40mg/200g BB, 80mg/200g BB dan 160mg/200g BB). Penelitian ini dimulai dari pemberian ekstrak temu ireng melalui pendekatan preventif yaitu 2 minggu sebelum masa induksi DMBA sampai akhir perlakuan. Induksi DMBA dilakukan pada minggu ketiga dan keempat. Analisis dilakukan terhadap organ limpa dan plasma darah. Pengamatan terhadap organ limpa dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Plasma darah digunakan untuk menentukan kadar IL-2 dan IL-12 dengan menggunakan teknik ELISA
Hasil uji statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara indeks limpa pada t2 dan t3. Namun berdasarkan rerata indeks limpa terlihat adanya pembengkakan pada kelompok DMBA pada t2 dan pada kelompok DMBA, Meniran dan PTI-1 pada t3, yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks limpa yang signifikan dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Hasil analisis terhadap diameter zona marginalis, pulpa putih dan centrum germinal menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara PTI-2 terhadap perlakuan DMBA (P<0.05) pada t2 dan t3. Hasil pengamatan kadar IL-2 dan IL-12 menunjukkan terjadi peningkatan kadar IL-2 dan IL-12 akibat induksi DMBA namun pada waktu terminasi (t3) tidak terjadi peningkatan IL-2 dari t0 ke-3 sedangkan pada pengamatan IL-12 terjadi peningkatan dari t2 ke t3.
Berdasarkan insidensi tumor diperoleh bahwa kelompok PTI-2 (80mg/200g BB) lebih efektif menghambat pertumbuhan tumor dibandingkan PTI-1 (dosis 40mg/200g BB) dan PTI-3 (160mg/200g BB). Kelompok PTI-2 mampu menurunkan insidensi tumor hingga 50%.