Aktivitas Kemopreventif Ekstrak Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Terhadap Histopatologi Tumor Payudara Tikus Putih Yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz[Α]Antrasena
View/ Open
Date
2016Author
Malita, Soufa
Artika, I Made
Agustini, Kurnia
Metadata
Show full item recordAbstract
Tumor merupakan sel kanker jinak yang berkembang didalam tubuh akibat adanya gangguan regulasi pada proliferasi sel yang dapat mengakibatkan terjadinya mutasi gen. Tumor payudara adalah proliferasi sel yang abnormal pada jaringan payudara. Kejadian tumor payudara di Indonesia mencapai 12,10%. Angka ini menduduki posisi kedua setelah kanker servik yang bernilai 19,18%. Sejauh ini, pengobatan tumor payudara masih menggunakan pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Metode tersebut memiliki kekurangan, diantaranya pembedahan dapat menyebabkan pasien kehilangan sebagian payudaranya, terapi radiasi menggunakan sinar laser berkekuatan tinggi, sedangkan kemoterapi menggunakan obat-obatan yang memiliki efek samping, sehingga diperlukan pencegah. Tanaman herbal diduga memiliki target aksi spesifik dalam membunuh sel tumor. Temu ireng merupakan tanaman herbal Indonesia yang diduga memiliki aktivitas antikanker yang berpotensi untuk penghambatan pertumbuhan tumor payudara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas kemopreventif ekstrak temu ireng dalam mencegah pertumbuhan tumor payudara pada tikus putih yang diinduksi 7,12-dimetilbenz[α]antrasena (DMBA).
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 48 tikus dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan: kontrol normal, kontrol (-) DMBA, kontrol (+) meniran, PTI (1-3) yaitu pemberian temu ireng dengan 3 variasi dosis (40mg/200g BB, 80mg/200g BB dan 160mg/200g BB). Penelitian ini dimulai dari pemberian ekstrak temu ireng melalui pendekatan preventif yaitu 2 minggu sebelum masa induksi DMBA sampai akhir perlakuan (21 minggu). Induksi DMBA dilakukan pada minggu keempat dan kelima. Analisis dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Analisis makroskopis dilakukan selama masa perlakuan meliputi berat badan, jumlah tumor, berat, volume, posisi tumor, insidensi, dan multiplisitas. Analisis mikroskopis dilakukan setelah masa terminasi terhadap tingkat keparahan atau kerusakan jaringan payudara melalui histopatologi HE dan proliferasi sel melalui histopatologi AgNOR.
Hasil uji statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa jumlah, berat dan volume tumor kelompok perlakuan sampel lebih rendah dibandingkan kontrol (-) DMBA dan kontrol (+) meniran (P<0.05). Tingkat keparahan tumor pada kelompok perlakuan sampel juga lebih rendah dibandingkan kontrol (-) dan (+) (P<0.05). Penurunan nilai AgNOR melalui uji ANOVA memiliki perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (P<0.05). Berdasarkan tiga kelompok perlakuan dosis temu ireng, PTI-2 (80mg/200g BB) lebih efektif mencegah pertumbuhan tumor payudara dan mampu menurunkan insidensi tumor hingga 50%.