Produktivitas Dan Laju Dekomposisi Serasah Avicennia Marina Dan Rhizophora Apiculata Di Cagar Alam Pulau Dua Banten
View/ Open
Date
2016Author
Siska, Febriana
Sulistijorini
Kusmana, Cecep
Metadata
Show full item recordAbstract
Cagar Alam Pulau Dua telah mengalami degradasi ekosistem mangrove.
Kondisi tersebut disebabkan oleh semakin meluasnya hamparan pertambakan,
sampah-sampah yang menumpuk di sekitar muara sungai dan pesisir, kerapatan
dan distribusi mangrove yang tidak merata. Ekosistem mangrove mempunyai
peranan penting dalam kaitannya dengan produktivitas dan laju dekomposisi
serasah. Oleh karena itu, penelitian mengenai produktivitas dan laju dekomposisi
serasah Avicennia marina dan Rhizophora apiculata di Cagar Alam Pulau Dua
Banten perlu dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan gambaran mengenai produktivitas dan laju dekomposisi serasah A. marina
dan R. apiculata, mengingat serasah sebagai penyumbang terbesar pada kesuburan
estuari dan perairan pantai.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengukur produktivitas dan laju
dekomposisi serasah serta kandungan unsur hara yang dilepas (C organik, N, dan
P) selama proses dekomposisi serasah pada tegakan A. marina dan R. apiculata di
Cagar Alam Pulau Dua Banten.
Metode yang digunakan untuk mengukur komposisi jenis adalah metode
kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak. Transek garis
berada pada posisi dari arah pantai ke arah darat terdiri atas petak-petak contoh
(plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m untuk pohon; 5 m x 5
m untuk pancang; dan 1 m x 1 m untuk semai. Metode untuk mengukur
produktivitas serasah adalah litter-trap (Jaring penampung serasah) yang
berukuran 1 X 1 m2. Serasah dari 26 litter trap dikoleksi setiap dua minggu sekali
selama tiga bulan. Komponen mangrove yaitu daun, ranting, dan buah/bunga
dipisahkan kemudian beratnya diukur, selanjutnya dikeringkan pada suhu 80 °C
sampai berat konstan dengan menggunakan satuan gram/m2/minggu.
Metode yang digunakan untuk mengukur laju dekomposisi serasah adalah
litter bag, menggunakan kantung serasah berukuran 30 x 40 cm. Daun mangrove
kering seberat 35 gram dimasukkan ke dalam kantong serasah lalu diikat di bawah
pohon mangrove. Pengambilannya dilakukan 15 hari sekali dengan lama
pengambilan 90 hari. Hasil dekomposisi dianalisis di laboratorium dan
selanjutnya dilakukan pengukuran bobot kering. Penentuan kadar karbon organik,
nitrogen, dan fosfor dilakukan pada contoh daun kering yang telah terurai di
Laboratorium Tanah Cimanggu Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. marina adalah jenis dominan pada
komunitas Avicennia dengan Indeks Nilai Penting (INP) pohon 300% dan
kerapatan pohon 743 ind/ha, sedangkan R. apiculata adalah jenis dominan pada
komunitas Rhizophora dengan INP pohon 77,83% dan kerapatan pohon 748
ind/ha.
Sumbangan produksi serasah tertinggi A.marina dan R. apiculata dihasilkan
oleh daun sebesar 68.18% dan 75.91%, sumbangan serasah bunga/buah masingmasing
sebesar 26.98% dan 20.97%, dan ranting masing-masing sebesar 4.84%
dan 3.12%. Proporsi ini disebabkan oleh bentuk daun yang mudah gugur oleh
angin dan curah hujan. Produktivitas serasah pada komunitas A. marina dan R.
apiculata yaitu 6.86 ton/ha/tahun dan 7.81 ton/ha/tahun. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas serasah yaitu kerapatan pohon dan curah hujan.
Laju dekomposisi A. marina (k = 0,83) lebih tinggi dibandingkan R.
apiculata (k = 0.41). Faktor-faktor yang memengaruhi cepat lambatnya laju
dekomposisi serasah di antaranya; morfologi dan anatomi daun, Unsur N, keadaan
subrat tempat hidup tumbuhan, dan faktor fisik lingkungan. Jenis A. marina
memiliki morfologi daun yang tipis dibandingkan R. apiculata. Serasah daun A.
marina memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi jika dibandingkan serasah
daun R. apiculata. Dekomposer menyukai serasah yang memiliki kandungan
nitrogen yang tinggi. Lapisan anatomi daun A. marina lebih tipis jika dibandingan
R. apiculata, hal ini dapat dilihat berdasarkan lapisan epidermis daun R. apiculata
lebih tebal dan kelenjar garam daun A. marina yang lebih luas.
Faktor fisik lingkungan salinitas dan DO memengaruhi kecepatan laju
dekomposisi serasah. Salinitas optimum untuk kecepatan laju dekomposisi
serasah adalah 20-30 psu. Kisaran DO yang tinggi akan memengaruhi kecepatan
dekomposisi serasah, semakin tinggi nilai DO maka kecepatan dekomposisi
serasah akan semakin cepat karena makrobentos menyukai lingkungan yang kaya
akan oksigen.