Pencirian Dan Standardisasi Kultivar Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.)
View/ Open
Date
2016Author
Febriani, Sarah
Hartana, Alex
Rifai, Mien Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan tanaman tropis yang
berasal dari Amerika Selatan seperti Bolivia, Brazil, Ekuador, Peru dan saat ini
telah banyak dibudidayakan di beberapa daerah Indonesia. Kultivar unggul jambu
mete yang tercantum dalam SK Menteri Pertanian RI belum dikenal petani,
apalagi karena sistem penamaan tanaman budi daya dalam Undang-Undang No 29
tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2004 tidak sejalan dengan
Kode Internasional Tata Nama Tanaman Budi Daya 2009. Penelitian kultivar
jambu mete saat ini hanya mengkaji sektor ekonomi dan belum mencakup
standardisasi kultivar. Pengenalan ciri kultivar yang Distinct (berbeda), Uniform
(seragam), dan Stable (stabil) (DUS) diharapkan mampu memberikan informasi
bagi produsen dan konsumen. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
mengeksplorasi keberagaman jambu mete dan mengelasifikasikan kelompok
kultivar jambu mete berdasarkan karakter yang mudah, praktis dan tidak
menimbulkan kerancuan dan mempelajari permasalahan jambu mete di lingkup
petani.
Lima puluh dua sampel tanaman dikoleksi dari Kabupaten Wonogiri (Jawa
Tengah) dan 66 contoh tanaman dari Kabupaten Bantul (Daerah Istimewa
Yogyakarta). Sebanyak 82 sampel tanaman yang memiliki organ vegetatif dan
generatif yang lengkap dianalisis. Pengelompokan sampel tanaman menggunakan
metode Pair Group Method with Average (UPGMA) dan koefisien kemiripan
Simple Matching (SM).
Jambu mete memiliki variasi yang tinggi pada karakter warna tangkai
bunga, warna mahkota bunga, bentuk buah semu, warna buah semu masak, bentuk
panggul kacang, dan bentuk ujung kacang. Berdasarkan dendogram 8 karakter
terpilih yang praktis dan tidak menimbulkan kerancuan terdiri atas warna buah
semu masak, bentuk buah semu masak, permukaan buah semu, ujung buah semu,
aroma buah, panggul kacang, bentuk ujung buah sejati, dan berat kacang.
Pengelompokan jambu mete dalam dendogram menjadi 4 kelompok yaitu
Anacardium Grup Brambang, Anacardium Grup Senja, Anacardium Grup Lumut
dan Anacardium Grup Pancawarna.
Jika membandingkan dengan kode tata nama internasional tanaman budi
daya maka PP nomor 13 tahun 2004 memiliki beberapa kekurangan. Salah satu
kekurangannya yaitu kode tata nama internasional tanaman budi daya mengatur
penulisan kultivar dalam tanda kutip tunggal („) di awal dan akhir nama kultivar,
namun berbagai nama kultivar unggul jambu mete di Indonesia belum
menerapkan aturan tersebut. Sebagai contoh penulisan kultivar yang benar yaitu
jambu mete „Meteor‟ atau Anacardium occidentale „Meteor‟.
Diperlukan proses yang panjang dan bertahap agar petani dan konsumen
memiliki pengetahuan mengenai distinctive dan uniformity pada tanaman budi
daya. Kultivar unggul yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat dikelompokkan ke
dalam 4 grup berdasarkan dendogram, sehingga pengelompokan ini dapat
menyederhanakan seluruh kultivar yang ada di Indonesia dan juga membantu
petani dalam mengenal kultivar. Perlu adanya pengajian dan penyesuaian
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2004, Undang-Undang nomor 29 tahun
2000 dan Surat Keputusan terhadap Kode Internasional Tata Nama Tanaman Budi
Daya supaya kultivar-kultivar jambu mete Indonesia diakui secara internasional.