Keragaman Genetik Tarum (Indigofera Tinctoria L.) Di Pulau Jawa Dan Madura Sebagai Pewarna Alami Batik Berdasarkan Marka Inter-Simpe Sequence Repeats
View/ Open
Date
2016Author
Hariri, Muhammad Rifqi
Chikmawati, Tatik
Hartana, Alex
Metadata
Show full item recordAbstract
Tarum (Indigofera tinctoria L.) merupakan anggota dari suku Fabaceae,
yang dimanfaatkan sebagai pewarna indigo alami. Saat ini, tarum telah banyak
dimanfaatkan kembali sebagai bahan pewarna alami, baik untuk tekstil maupun
kosmetik. Penelitian mengenai marga Indigofera di Indonesia masih terbatas pada
eksplorasi jenis dan pemanfaatannya untuk peningkatan produksi pakan ternak
maupun kualitas warna pada tekstil. Akan tetapi, penelitian mengenai kajian
keragaman genetik marga Indigofera, khususnya jenis I. tinctoria L. belum pernah
dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari keragaman genetik I.
tinctoria L. di pulau Jawa dan Madura sebagai pewarna alami batik berdasarkan
marka Inter-Simple Sequence Repeats.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014-April 2015. Pengambilan
sampel dilakukan di 6 lokasi yang tersebar di pulau Jawa (Cirebon, Serang,
Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo, dan Tuban) dan 4 lokasi di pulau Madura
(Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Bahan tumbuhan yang
digunakan adalah daun segar dan sehat yang dimasukkan ke dalam plastik berisi
silika gel. DNA diisolasi berdasarkan metode CTAB, kemudian diamplifikasi
menggunakan GoTaq® Green PCR Mix dengan 15 primer ISSR. Produk hasil
PCR dielektroforesis dan difoto menggunakan GelDoc. Pita polimorfik diskor
sebagai data biner. Data disusun dalam matriks dan digunakan untuk menghitung
koefisien kemiripan simple matching, mengontruksi PCA, dan dendrogram
dengan metode UPGMA menggunakan NTSys-PC versi 2.1.1a. Analisis struktur
populasi diakukan menggunakan GenAlex versi 6.501.
Kelima belas primer yang digunakan menghasilkan 123 pita dan 84 pita
diantaranya bersifat polimorfik. Panjang pita yang dihasilkan berkisar 250-2500
pasang basa dan persentase polimorfisme pita berkisar 50-90% dengan rata-rata
68.3%. Pola pita yang dihasilkan bersifat unik sehingga dapat digunakan untuk
pembeda antar aksesi.
Analisis gugus mengelompokkan 50 aksesi tarum ke dalam empat kelompok
berdasarkan 84 pita polimorfik yakni Kelompok I (Bangkalan, Sampang,
Pamekasan, dan Sumenep), II (Tuban), III (Bantul, Gunung Kidul, dan
Kulonprogo), dan IV (Cirebon dan Serang). Keragaman genetik tarum di pulau
Jawa dan Madura tergolong dalam kategori yang tinggi (68.3%), tetapi variasi
molekuler di dalam populasi (37%) lebih kecil dari antar populasi (63%). Nilai
keragaman (I) paling tinggi dimiliki oleh populasi yang berasal dari Bantul dan
Tuban (I=0.35) sedangkan paling rendah dimiliki oleh populasi yang berasal dari
Serang (I=0.06). Berdasarkan hasil yang diperoleh, primer ISSR tidak hanya dapat
digunakan untuk mempelajari keragaman genetik, tetapi juga dapat digunakan
untuk membedakan setiap aksesi tarum (I. tinctoria L.) di pulau Jawa dan Madura.