Respon Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase Vegetatif Dan Generatif
Abstract
Kedelai merupakan komoditas yang kaya akan protein sehingga berperan
sebagai sumber protein nabati dan sangat penting dalam peningkatan gizi
masyarakat. Perubahan iklim memicu adanya perubahan cuaca secara ekstrim
sehingga musim kemarau sangat rentan terjadi kekeringan. Cekaman kekeringan
akan berpengaruh besar terhadap penurunan produksi kedelai terlebih lagi jika
terjadi selama fase reproduktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
respon tanaman kedelai terhadap cekaman kekeringan sebagai acuan untuk
menentukan varietas yang adaptif dan toleran serta membandingkan pengaruh
pemberian cekaman pada fase vegetatif dan generatif sebagai acuan untuk
informasi pengaturan waktu dan pola tanam.
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Cikabayan, Institut Pertanian
Bogor pada bulan Maret – Juni 2015. Penelitian menggunakan rancangan petakpetak
terpisah dengan varietas (Dering dan Argomulyo) sebagai petak utama, fase
perkembangan (fase vegetatif dan generatif) sebagai anak petak, dan cekaman
kekeringan berupa interval penyiraman (2 hari, 5 hari, dan 10 hari) sebagai anakanak
petak. Penelitian ini merupakan percobaan pot dan menggunakan naungan
dengan tutupan plastik transparan untuk menghindari kontaminasi air hujan yang
dapat mengganggu pemberian perlakuan cekaman kekeringan. Cekaman pada fase
vegetatif dimulai setelah tanaman berumur 2 MST dan cekaman dihentikan
setelah tanaman memasuki fase generatif atau muncul bunga pertama. Pada waktu
yang sama dimulai pemberian cekaman pada fase generatif hingga panen. Pada
awal tanam hingga tanaman berumur 2 MST, semua tanaman disiram setiap hari.
Tanaman disiram hingga jenuh dan dibiarkan beberapa saat hingga tercapai
kondisi kapasitas lapang. Dilakukan metode penimbangan untuk mengetahui
kehilangan air selama periode cekaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian cekaman pada fase
vegetatif tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai. Sebaliknya, pemberian cekaman pada fase generatif sangat berpengaruh
nyata menghambat pertumbuhan dan menurunkan produksi hingga 70 %.
Pemberian cekaman menyebabkan tanaman melakukan mekanisme adapatasi
yaitu dengan mengurangi jumlah daun, penyempitan daun, mengurangi bukaan
stomata, degradasi klorofil daun, dan melakukan respon gerak dengan melipat
daun. Mekanisme adapatasi tanaman mempengaruhi nilai efisiensi penggunaan air
dan efisiensi penggunaan radiasi. Berdasarkan ketahanan terhadap cekaman,
varietas Argomulyo lebih toleran kekeringan dibandingkan varietas Dering karena
mengalami penurunan produksi yang lebih rendah pada kondisi cekaman yang
sama.