Kemampuan Maturasi Dan Fertilisasi Oosit Dari Ovarium Domba Prepuber Secara In Vitro.
View/ Open
Date
2016Author
Hafid, Anita
Setiadi, Mohamad Agus
Karja, Ni Wayan Kurniani
Metadata
Show full item recordAbstract
Sumber oosit untuk PEIV pada domba yang diperoleh dari RPH adalah domba yang umumnya sudah mengalami pubertas disebabkan mekanisme hormonal dan ultrastruktur oosit dari hewan pubertas sudah sempurna. Selain pemilihan oosit tersebut, biasanya folikel yang dikoleksi untuk PEIV berasal dari folikel antral, hal ini karena oosit dari folikel antral merupakan oosit yang sedang tumbuh dan cenderung lebih aktif dalam melakukan proses transkripsi dan translasi untuk menghasilkan RNA dan protein yang penting untuk proses perkembangan selanjutnya. Secara umum folikel antral memiliki diameter 2-4 mm pada domba. Sementara itu dilaporkan folikel antral pada domba prepuber juga telah berdiameter 2-4 mm. Diameter oosit yang berasal dari folikel antral telah mencapai diameter 110 μm. Diameter tersebut juga sering dijadikan sebagai patokan dalam pemilihan oosit untuk PEIV. Hal ini karena oosit yang telah mencapai diameter ≥110 μm dilaporkan memiliki kemampuan penuh untuk dapat menyelesaikan meiosis dan dapat mencapai maturasi inti sampai ke tahap MII. Berdasarkan hal tersebut oosit dari ovarium domba prepuber diharapkan dapat menjadi sumber oosit yang memiliki perkembangan yang baik untuk PEIV.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati lebih lanjut kemampuan perkembangan oosit domba prepuber setelah dimaturasi dan difertilisasi secara in vitro. Ovarium domba prepuber dikoleksi berdasarkan ketidakhadiran korpus luteum atau korpus albicans pada kedua ovarium. Tiap pasang ovarium ditimbang terlebih dahulu kemudian oosit dikoleksi dengan metode slicing. Oosit digrading ke dalam kategori tipe A, B, C dan D, namun hanya oosit tipe A dan B (sitoplasma yang homogen dan sel kumulus yang kompak) yang dipakai. Oosit dimaturasi selama 24 jam dalam inkubator CO2 dengan temperatur 39oC. Oosit difertilisasi secara in vitro menggunakan semen beku dengan konsentrasi 5x106 spermatozoa/mL dan diinkubasi selama 12-14 jam.
Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan oosit mencapai tahap MII dan pembentukan PN. Hasil penelitian menunjukkan status inti oosit pada tahap MII tidak berbeda antara oosit domba prepuber dan oosit domba puber (89% vs 90,7%, P˃ 0,05) setelah dimaturasi in vitro. Sementara tingkat fertilisasi oosit domba prepuber lebih rendah (P˂ 0,05) dibandingkan dengan oosit domba puber (60% vs 77,7%). Kejadian polispermi pada oosit domba prepuber cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan oosit domba puber (21,8% vs 7,4%) (P˃ 0,05). Dapat disimpulkan bahwa oosit domba prepuber memiliki kemampuan maturasi yang sama dengan oosit domba puber namun memiliki kemampuan fertilisasi yang lebih rendah.