Struktur Komunitas Lumut Epifit Berdasarkan Tipe Vegetasi Hutan.
View/ Open
Date
2015Author
Rengganis, Aditya
Ariyanti, Nunik Sri
Sulistijorini
Metadata
Show full item recordAbstract
Lumut adalah kelompok tumbuhan terbesar kedua setelah angiosperma. Keanekaragaman lumut yang tinggi ditemukan di wilayah tropis. Sebagian besar lumut yang terdapat di hutan tropis berupa epifit, dan melimpah di hutan pegunungan. Hutan merupakan habitat yang nyaman untuk lumut (tumbuhan tidak berpembuluh) karena menyediakan substrat dan iklim mikro yang sesuai. Keragaman lumut mungkin berbeda karena adanya variasi vegetasi di hutan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan komunitas lumut epifit di tipe vegetasi berbeda (hutan primer, hutan pinus-rasamala, hutan pinus, dan hutan tanaman heterogen). Sampel lumut diambil di tiga lokasi (Mandalawangi, Gunung Bunder, dan Arboretum Cibubur), dengan enam plot berukuran 900 m2 di setiap lokasi. Dalam plot tersebut, kehadiran dan kelimpahan lumut epifit diamati pada delapan subplot berukuran 600 cm2 yang ditempatkan di pangkal batang (0-200 cm di atas tanah) dari pohon yang dipilih (lima pohon per plot). Ukuran diameter pohon yang disampling dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya) di dalam plot juga dicatat. Total lumut epifit yang telah diinventarisasi dari tiga lokasi adalah 113 jenis yang termasuk 49 genus dan 23 suku. Jumlah tersebut meliputi 68 jenis lumut sejati (31 genus, 14 suku) dan 45 jenis lumut hati (18 genus, 9 suku). Dicranaceae dan Lejeuneaceae merupakan suku dengan jumlah jenis tertinggi, masing-masing ditemukan sebanyak 15 dan 12 jenis. Lepidozia borneensis yang ditemukan pada penelitian ini merupakan catatan baru untuk Jawa. Keragaman jenis berdasarkan indeks Shannon-Wiener, jumlah jenis, dan kisaran jumlah jenis per plot serta per pohon lebih tinggi di hutan primer dibandingkan hutan lainnya. Keragaman dan kekayaan jenis lumut sejati lebih tinggi dibandingkan lumut hati. Komposisi jenis lumut epifit antar lima tipe vegetasi cenderung berbeda (indeks similaritas kurang dari 50%). Komposisi jenis lumut hati di hutan primer Gunung Bunder lebih mirip hutan primer Mandalawangi dibandingkan hutan pinus-rasamala Gunung Bunder. Komposisi jenis lumut sejati di hutan primer Gunung Bunder lebih mirip hutan pinus-rasamala Gunung Bunder dibandingkan hutan primer Mandalawangi. Analisis komponen utama mengungkapkan bahwa kelembapan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehadiran sebagian besar jenis lumut. Lumut hati Plagiochila sciophila, Bazzania vitta dan lumut sejati Ctenidium luzonense, Mitthyridium flavum adalah jenis dominan di hutan dengan vegetasi yang lebih lembab dan tertutup (hutan primer Mandalawangi dan Gunung Bunder). Jenis-jenis tersebut memiliki bentuk hidup menggantung dan lebih menyukai habitat yang ternaungi. Sementara jenis yang menuntut cahaya Leucobryum aduncum, Octoblepharum albidum (lumut sejati) dan Cheilolejeunea trifaria, Lejeunea anisophylla, Lejeunea cocoes (lumut hati) dominan pada vegetasi yang lebih terbuka (hutan pinus-rasamala di Gunung Bunder dan Arboretum Cibubur).