Pendugaan Area Kecil Angka Melek Huruf Pada Tingkat Kecamatan Di Kabupaten Donggala Dengan Metode Bayes Berhirarki.
Abstract
Angka Melek Huruf (AMH) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dengan jumlah seluruh penduduk usia 15 tahun ke atas dikalikan seratus persen. AMH merupakan salah satu indikator kesejahteraan rakyat yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan. Kinerja pemerintah di sektor pendidikan tersebut dapat diukur apabila indikator-indikator terkait kinerja sektor pendidikan tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun telah menghitung AMH berdasarkan data yang diperolah dari pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan tingkat penyajian meliputi provinsi dan kabupaten/kota. Seiring dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah dimana pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan yang lebih luas dalam mengatur pemerintahannya, ketersediaan data AMH hingga tingkat kecamatan sangat diperlukan. Contoh Susenas hanya dirancang untuk menghasilkan dugaan hingga tingkat kabupaten/kota sehingga jika contoh tersebut dipaksakan untuk mendapatkan dugaan pada tingkat kecamatan, maka dugaan yang dihasilkan akan memiliki ragam yang besar walaupun dugaan tersebut bersifat tidak bias (tidak akurat). Untuk memperoleh dugaan yang baik dengan memanfaatkan contoh yang ada diperlukan suatu metode yang dapat menghasilkan dugaan akurat pada area kecil, metode tersebut adalah Metode Pendugaan Area Kecil (SAE). Metode Bayes Berhirarki (BB) merupakan salah satu metode SAE yang diyakini paling cocok dalam menghasilkan dugaan yang baik pada data biner (Rao 2003), sehingga pada penelitian ini pendugaan AMH pada tingkat kecamatan di Kabupaten Donggala dihitung menggunakan metode tersebut. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data Susenas 2013 dan Pendataan Potensi Desa (Podes) 2011 di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Pendugaan AMH pada tingkat kecamatan di Kabupaten Donggala diperoleh hasil bahwa pendugaan SAE BB model Logit-Normal memberikan hasil paling baik dibandingkan dengan pendugaan langsung maupun pendugaan SAE BB Spasial Logit-Normal. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan nilai Kuadrat Tengah Galat (KTG) terkecil yang dihitung dari nilai dugaan AMH pada masing masing metode dibandingkan dengan nilai AMH hasil Sensus Penduduk 2010 yang dianggap sabagai parameter. Dari perhitungan KTG tersebut, KTG pendugaan BB Logit-Normal memiliki nilai terkecil dibandingkan metode pendugaan langsung maupun BB Spasial Logit-Normal. AMH tertinggi di Kabupaten Donggala pada tahun 2013 ditempati oleh Kecamatan Banawa (96.94 %) sedangkan terendah ditempati oleh Kecamatan Pinembani dengan AMH sebesar 77.52 persen.