Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kumbang Cerambycid (Coleoptera: Cerambycidae) Di Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat
View/ Open
Date
2015Author
Ariska, Septiani Dewi
Atmowidi, Tri
Noerdjito, Woro Anggraitoningsih
Metadata
Show full item recordAbstract
Kawasan cagar alam Pangandaran merupakan hutan hujan dengan luas 497 Ha. Kawasan hutan ini sangat unik karena berbentuk semenanjung dengan dikelilingi pantai di bagian barat dan timur, sedikit terpisah dari daratan utama Kabupaten Pangandaran. Karena letaknya yang unik, kawasan cagar alam Pangandaran memiliki kekhasan flora dan fauna dataran rendah dengan pengaruh faktor lingkungan pantai yang cukup besar. Famili Cerambycidae merupakan famili keenam terbesar dalam ordo Coleoptera. Kumbang cerambycid mudah dikenal karena memiliki antena yang panjangnya dapat mencapai lebih dari separuh tubuhnya. Kumbang cerambycid mempunyai bentuk mata yang menakik (notched), yakni seolah-olah mata mengelilingi pangkal antena. Sebagian besar larva cerambycid hidup sebagai pengebor kayu, terutama pada kayu mati, kayu yang sedang melapuk, dan beberapa pada kayu kering. Sebagian kecil larva cerambycid hidup pada cabang dan ranting tumbuhan yang sehat. Keanekaragaman spesies kumbang cerambycid di suatu kawasan berkaitan dengan heterogenitas vegetasi, terutama tumbuhan berkayu. Beberapa spesies kumbang cerambycid hanya ditemukan di kawasan hutan primer atau hutan sekunder, sedangkan beberapa spesies lainnya ditemukan di hutan yang telah terdegradasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis keanekaragaman dan kelimpahan kumbang cerambycid di cagar alam Pangandaran dan mengetahui efektivitas penggunaan perangkap Artocarpus dan Ficus dalam koleksi kumbang cerambycid. Pengambilan sampel kumbang cerambycid dilakukan di 4 lokasi, yang meliputi 2 lokasi di taman wisata alam dan 2 lokasi di cagar alam. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan perangkap cabang Artocarpus dan Ficus. Di setiap lokasi, dipasang 10 perangkap Artocarpus dan 10 perangkap Ficus. Pemasangan perangkap dilakukan secara sistematik yang dipasang berselang-seling antara perangkap Artocarpus dan Ficus dengan jarak antar perangkap sekitar 50 m. Koleksi sampel dilakukan setiap 3 hari sekali, yaitu pada hari ke 3, ke 6, ke 9, dan ke 12 setelah pemasangan perangkap. Spesimen kumbang yang terkoleksi kemudian diidentifikasi dan dianalisis dengan menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan, indeks dominansi, dan indeks kesamaan Bray-Curtis. Kumbang cerambycid yang terkoleksi dari kawasan cagar alam Pangandaran termasuk dalam subfamili Lamiinae, yang terdiri atas 12 genus dan 20 spesies. Kumbang Lamiinae memiliki posisi muka tegak lurus, tubuh memanjang, bersisi sejajar, silindris, dan bentuk pronotum sedikit menyempit dari dasar elytra. Kelimpahan cerambycid tertinggi terdapat di lokasi cagar alam I yang merupakan kawasan terbuka. Spesies yang memiliki kelimpahan tinggi di lokasi ini, diantaranya Atimura bacillina, Sybra alternans, S. binotata, Pterolophia uniformis, dan P. melanura. Kelimpahan spesies cerambycid di suatu kawasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi habitat, ketersediaan tumbuhan berkayu, musuh alami, dan faktor lingkungan. Keanekaragaman spesies cerambycid tertinggi terdapat di lokasi taman wisata alam I. Hal ini diduga karena lokasi ini didominasi oleh vegetasi pohon besar, tutupan tajuk rapat, dan terdapat banyak pohon tumbang yang melapuk. Batang kayu dan ranting lapuk merupakan habitat bagi larva cerambycid, sehingga kondisi ini sangat mendukung kehadiran kumbang cerambycid. Spesies yang dominan di lokasi taman wisata alam I, diantaranya Acalolepta rusticatrix, Gnoma confusa, S. binotata, Nyctimenius javanus, dan Pothyne vittata. Spesies yang dominan di semua lokasi pengamatan ialah S. binotata, N. javanus, dan P. melanura. Spesies cerambycid yang terkoleksi di cagar alam Pangandaran termasuk dalam cerambycid yang umum ditemukan di Jawa. Tujuh spesies cerambycid yang ditemukan, yaitu Myagrus javanicus, Cacia curta, S. obliquefasciata, S. fuscotriangularis, P. triangularis, N. javanus, dan Exocentrus artocarpi merupakan cerambycid yang hanya terdistribusi di Jawa. Keanekaragaman dan kelimpahan kumbang cerambycid pada perangkap dipengaruhi oleh tahap kelayuan. Kumbang cerambycid lebih banyak terkoleksi dengan perangkap cabang Artocarpus dibandingkan perangkap cabang Ficus. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi daun pada perangkap cabang Ficus lebih cepat layu dan rontok dibandingkan daun cabang Artocarpus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap jumlah individu dan spesies yang datang pada perangkap.