Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik Terhadap Sel Hela Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak
View/ Open
Date
2015Author
Riki
Ambarsari, Laksmi
Darusman, Latifah K.
Metadata
Show full item recordAbstract
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan di Indonesia sebagai obat tradisional dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Ekstrak temulawak diketahui mengandung senyawa bioaktif berupa kurkuminoid yang berpotensi sebagai antikanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji penapisan awal aktivitas antikanker dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Senyawa yang toksik berdasarkan metode BSLT seringkali berkorelasi positif sebagai antikanker. Penggunaan ekstrak kurkuminoid temulawak sebagai antikanker sangat menjanjikan, namun aplikasi klinisnya sangat terbatas karena bioavailabilitasnya yang rendah. Salah satu upaya yang dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggabungkan kurkuminoid ke dalam sistem pembawa nanopartikel lemak padat. Nanoemulsi kurkuminoid temulawak telah berhasil dibuat dan diuji aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Namun, penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan obat sangat terbatas karena tidak stabil dalam waktu penyimpanan yang cukup lama, sehingga perlu dibuat sediaan nanopartikel dalam bentuk serbuk. Serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak diharapkan dapat digunakan sebagai obat antikanker, sehingga perlu dilakukan uji aktivitasnya terhadap sel HeLa. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi dan menguji aktivitas antikanker serviks serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak. Kurkuminoid diekstraksi dari rimpang temulawak dengan metode maserasi kemudian dianalisis dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pembuatan nanopartikel kurkuminoid terdiri atas tiga tahapan utama yaitu pembuatan emulsi, homogenisasi dan ultrasonikasi. Nanopartikel dikarakterisasi dengan parameter indeks polidispersitas (IP), ukuran partikel, morfologi dan efisiensi penjerapan. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 8.32%. Hasil analisis HPLC menunjukkan ekstrak mengandung bisdemetoksikurkumin, demetoksikurkumin, dan kurkumin dengan rincian kadar bisdemetoksikurkumin sebesar 2.299 mg/g, demetoksikurkumin sebesar 13.658 mg/g dan kurkumin sebesar 55.729 mg/g. Serbuk nanopartikel yang diperoleh sebanyak 1.201 dengan ukuran 648.4 ± 95 nm. Nilai IP nanopartikel sebesar 0.219 yang menunjukkan ukuran partikel cukup seragam. Ukuran nanopartikel yang cukup seragam juga terlihat dari hasil analisis Transmission Electron Microscopy (TEM). Dari hasil perhitungan diperoleh efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel sebesar 29.8%. Berdasarkan hasil uji BSLT diperoleh nilai Lethal Consentration (LC50) nanopartikel sebesar 828.78 ppm dan ekstrak temulawak sebesar 213.24 ppm. Baik ekstrak maupun nanopartikel termasuk kategori cukup toksik karena LC50 berada pada rentang 31 ppm < LC50 ≤ 1000 ppm. Tingkat toksisitas ekstrak temulawak ciemas pada penelitian ini lebih rendah daripada ekstrak ciemas hasil penelitian sebelumnya yaitu 90.33 ± 23.9 ppm. Serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak mempunyai efek toksik karena memiliki LC50 lebih kecil dari 1000 ug/ml, sehingga dapat diteliti lebih lanjut efeknya toksiknya terhadap sel kanker. Efek toksik terhadap sel kanker diuji menggunakan sel hela dengan metode MTT [3-(4,5- dimetiltiazolil-2)-2,5-difeniltetrazolium bromida]. Hasil uji MTT menunjukkan bahwa sediaan serbuk nanopartikel menghambat pertumbuhan sel meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi sampel. Namun pada perlakuan dengan ekstrak, terjadi peningkatan penghambatan pertumbuhan sel sampai pada konsentrasi 62.5 ppm kemudian mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak. Serbuk nanopartikel kurkuminoid memiliki kemampuan penghambatan pertumbuhan sel hela yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak. Serbuk nanopartikel kurkuminoid dapat mengambat pertumbuhan sel hela sebesar 93.43% pada konsentrasi 2 ppm, sedangkan ekstrak kurkuminoid dapat menghambat pertumbuhan sel hela sebesar 93.30% pada konsentrasi 62.5 ppm. Sebagai kesimpulan, nanopartikel yang diperoleh memiliki ukuran yang relatif kecil dan seragam namun efisiensi penjerapan kurkuminoid yang cukup rendah. Serbuk nanopartikel dan ekstrak kurkuminoid temulawak memiliki aktivitas antikanker serviks dengan kemampuan penghambatan pertumbuhan sel hela oleh nanopartikel lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak.