Distribution of Rats (Rodentia, Muridae) in Bawakaraeng mountain South Sulawesi, Indonesia
View/ Open
Date
2015Author
Nurdin, Muh. Rizaldi Trias Jaya Putra
Suryobroto, Bambang
Maryanto, Ibnu
Metadata
Show full item recordAbstract
Tikus (Ordo Rodentia, Famili Muridae) terdiri dari lima subfamili yang telah diketahui sampai saat ini, salah satunya subfamili murinae, 129 genus dan 584 spesies yang ada di dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 40 genus dan 156 spesies. Distribusi dan keanekaragaman tikus dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kerapatan vegetasi, iklim, ketinggian, tipe habitat, sumber makanan, penyakit, predasi dan eksploitasi habitat oleh manusia. Sulawesi merupakan salah satu pulau yang terletak di Indonesia dan juga merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Famili Muridae di Sulawesi Selatan masih dikategorikan sangat sedikit, sehingga informasi mengenai jumlah, distribusi, maupun jenis tikus masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi tikus, keanekaragaman, preferensi habitat dan pengaruh fase bulan terhadap jumlah individu tikus yang ditangkap. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menghitung estimasi jumlah tikus yang ditemukan setiap malam penangkapan dan analisis komponen utama untuk melihat preferensi habitat serta korelasi antara fase bulan dengan jumlah individu tikus yang ditangkap. Pengumpulan spesimen tikus dilapangan menggunakan dua jenis perangkap yaitu perangkap kurungan dan perangkap jepit serta dua jenis umpan yaitu kelapa bakar dan ikan kering. Sepuluh garis transek diletakkan di setiap tipe habitat, setiap garis transek terdapat 20 perangkap. Setelah tikus berhasil didapatkan selanjutnya dilakukan penandaan berupa penomoran spesimen dan dimasukkan kedalam larutan formalin 10 % untuk diawetkan. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak empat genus dan 10 jenis tikus. diantaranya yaitu: Rattus hoffmani, R. dommermani, R. exulans, Bunomys andrewsi, B. chrysocomus, B. heinrichi, Taeromys celebensis, T. hamatus, Paruromys dominator, dan Paruromys sp. Pendugaan banyaknya spesies tikus yang terdapat di gunung Bawakaraeng dapat dihitung berdasarkan banyaknya jumlah spesies yang didapatkan pada 42 malam penangkapan. Hasil analisis menjelaskan bahwa pendugaan jumlah spesies yang seharusnya didapatkan mencapai 11 spesies. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menunjukkan nilai indeks yang tinggi terdapat pada hutan primer (H’=1.805) dan nilai keanekaragaman terendah terdapat di hutan pinus (H’=0.775). Sedangkan nilai kemerataan yang tertinggi terdapat di hutan primer (E=0.8214) dan nilai kemerataan yang terendah terdapat di agroforestry (E=0.6929). Hubungan antara spesies dan habitat menggunakan Analisis Komponen Utama, menunjukkan bahwa variasi yang dapat dijelaskan mengunakan tiga komponen sebesar 99% dari total varians. Komponen 1 menjelaskan 65.27%, komponen 2 sebesar 30.12% dan komponen 3 sebesar 3.63%. Genus Rattus dan Bunomys lebih berkorelasi terhadap hutan pegunungan bagian bawah yaitu kebun campuran dan agroforestry, sedangkan genus Taeromys dan Paruromys lebih berkorelasi terhadap hutan pegunungan bagian atas yaitu hutan sekunder dan hutan primer. v Hasil Analisis Komponen Utama memperlihatkan aktifitas tikus erat kaitannya dengan fase bulan. Variasi yang dapat dijelaskan mengunakan tiga komponen sebesar 98,59%. Komponen 1 menjelaskan 80,14%, komponen 2 sebesar 16,82% dan komponen 3 sebesar 1,63%. Hasil analisis menunjukkan beberapa spesies mengelompok pada fase bulan tertentu. Dua fase bulan yang memiliki peran penting bagi kemunculan tikus yaitu bulan baru dan bulan purnama, jumlah individu lebih banyak ditemukan pada bulan baru sedangkan jumlah spesies lebih banyak ditemukan pada bulan purnama.