Inisiasi dan Proliferasi Kalus serta Induksi Kalus Embriogenik pada Kultur Antera Kedelai (Glycine max L. Merrill)
View/ Open
Date
2014Author
Dzuraibak, Rufai’ah Faisol
Supena, Ence Darmo Jaya
Soedharma, Ika Mariska
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan teknologi haploid melalui kultur antera, merupakan teknik alternatif untuk mempercepat proses perbaikan genetik dan pemuliaan tanaman. Namun, kultur antera untuk tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) belum berhasil diterapkan karena keberhasilannya masih sangat rendah, dan bahkan di Indonesia belum dilaporkan berhasil. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengembangkan kultur antera kedelai melalui tahapan inisiasi dan proliferasi kalus, kemudiaan induksi kalus embriogenik. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dasar Murashige dan Skoog dan kedelai yang digunakan adalah varietas Wilis. Perlakuan inisiasi kalus menggunakan picloram (1, 3, 5 mg L-1) secara tunggal maupun dikombinasikan dengan BA 0.5 mg L-1, sedangkan untuk proliferasi kalus menggunakan kombinasi NAA, picloram, dan BA. Induksi kalus embriogenik diberikan perlakuan BA dan kinetin yang dikombinasikan dengan beberapa asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan picloram secara tunggal tidak mampu menginisiasi kalus, tetapi bila dikombinasikan dengan BA dapat menginisiasi kalus. Proliferasi kalus dapat dilakukan pada semua kombinasi NAA, picloram, dan BA. Hasil induksi kalus embriogenik yang dicirikan dengan kalus berstruktur remah dan noduler terjadi pada perlakuan BA 1 mg L-1 dan Kinetin 2 mg L-1 dengan penambahan asam amino glutamin 100 mg L-1, arginin 100 mg L-1, prolin 100 mg L-1, dan kasein hidrolisat 200 mg L-1. Berdasarkan hasil studi ploidi dan histologi, ternyata kalus yang dihasilkan adalah diploid.