Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara
Abstract
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu unit dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Tujuan penelitian ini ialah menganalisis biaya dan kelayakan usaha Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara dan menganalisis sensitivitas terhadap beberapa kondisi. Metode penelitan ini adalah pengumpulan data dan pengolahan data. Titik impas Pabrik Kelapa sawit Berangir PTPN IV (Persero) dicapai pada produksi 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Analisis kelayakan menghasilkan nilai NPV adalah Rp. 269 716 581 186, nilai IRR adalah 67.04%, dan nilai BC Ratio adalah 4.67. Ini berarti, Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) layak. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa akan terjadi perubahan tingkat kelayakan jika terjadi kenaikan harga TBS sebesar 20%, penurunan harga CPO sebesar 15%, kenaikan biaya tidak tetap sebesar 20%, penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 50%, atau kenaikan harga TBS sebesar 15% dan penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 8%. Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) is one of PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) units. The objectives of this reaserch were to analyze the cost and feasibility of palm oil mill Berangir of PTPN IV (Persero), Labuhan Batu Northern District and analyze sensitivity to several conditions. The method of this reaserch are collecting data and data processing. Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) breakeven point is 52 447 552.45 kg FFB/year. Analysis of the feasibility represents NPV is Rp. 269 716 581 186, IRR is 67.04%, and BC Ratio is 4.67. It means, Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) was feasible. The sensitivity analysis indicates that changes will occur if the level of eligibility if FFB price increases by 20%, CPO prices decline by 15%, increase in variable costs by 20%, decrease the amount of processed FFB per year by 50%, or FFB price increases of 15% and a decrease in the amount of FFB processed per year by 8%.