Potensi dan Kualitas Limbah Pertanian sebagai Pakan di Kabupaten Bandung dan Bogor untuk Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Perah
View/ Open
Date
2014Author
Saragi, Mega Pratiwi
Laconi, Erika Budiarti
Mulatsih, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Limbah pertanian adalah pakan lokal yang potensial untuk mendukung pengembangan peternakan sapi perah, terutama di daerah basis pertanian seperti Kabupaten Bandung dan Bogor. Salah satu masalah yang dihadapi peternakan rakyat untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perahnya adalah pakan. Potensi limbah pertanian sebagai pakan belum sepenuhnya dimanfaatkan, karena kurangnya informasi terutama tentang kualitas dan kuantitas, serta berapa penambahan populasi yang dapat didukung oleh pakan asal limbah pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang jenis limbah pertanian yang banyak digunakan sebagai pakan, menganalisis kualitas nutrien, mengestimasi produksi nutrien, dan juga menentukan kapasitas pengembangan populasi sapi perah berdasarkan pakan dari limbah pertanian di Kabupaten Bandung dan Bogor. Kecamatan-kecamatan yang terpilih untuk mengembangkan peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung dan Bogor dalam penelitian ini adalah kecamatan yang memiliki populasi sapi perah >100ST. Sehingga terpilihlah 11 kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu: Pangalengan, Pasirjambu, Kertasari, Cilengkrang, Arjasari, Ciwidey, Cimenyan, Rancabali, Cileunyi, Cicalengka dan Cangkuang dan 12 kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu: Cibungbulang, Cisarua, Ciawi, Cijeruk, Pamijahan, Caringin, Cibinong, Megamendung, Kemang, Dramaga, Sukaraja, dan Rumpin. Kabupaten Bandung memiliki 5 jenis limbah pertanian utama yang berpotensi untuk dijadikan pakan, yaitu: jerami padi, jerami jagung, limbah wortel, limbah kubis, dan limbah buncis. Peternak Kabupaten Bogor biasa menggunakan 3 jenis limbah pertanian sebagai pakan, yaitu: jerami padi, jerami jagung, dan daun dan tangkai singkong. Kualitas limbah pertanian di kedua kabupaten ini cukup baik berdasarkan kandungan SK, PK, dan TDN karena sebagian besar yang digunakan adalah limbah segar atau dilayukan kecuali jerami padi yang dikeringkan. Kecamatan-kecamatan yang terpilih untuk pengembangan sapi perah di Kabupaten Bandung mampu memproduksi 256 420.04 ton tahun-1, 20 567.14 ton tahun-1, dan 108 279.43 ton tahun-1 untuk BK, PK, dan TDN dari limbah pertanian. Kabupaten Bogor dapat memproduksi 187 710 ton tahun-1, 9668.88 ton tahun-1, dan 95 057.03 ton tahun-1 untuk BK, PK, dan TDN, berturut-turut. Kabupaten Bandung diestimasi dapat menambah populasi sapi perah hingga 12 843.17 ST atau 58.32% dari populasi sapi perah tahun 2012 dan Kabupaten Bogor hingga 1521.36 ST atau 22.56% dari populasi sapi perah tahun 2012. Sesuai dengan status potensi ternak dan KPPTR, teridentifikasi kecamatan-kecamatan terpilih yang belum mampu mengembangkan ternak sapi perah berbasis hijauan asal limbah pertanian yaitu Kecamatan Cangkuang, Cicalengka, dan Cimenyan di Kabupaten Bandung dan Kecamatan Rumpin untuk Kabupaten Bogor. Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung dan Bogor ditentukan dengan keberhasilan kabupaten tersebut dalam mengatasi kendala teknis-ekonomis dan sosio-kultur serta kreatif dalam memanfaatkan potensi pakan lokal. Kendala teknis-ekonomis dapat diatas dengan cara peningkatan skala usaha ternak dan penerapan teknologi tepat guna. Kendala kendala sosio-kultur diatasi dengan cara menjadikan usaha peternakan setara dengan usaha pertanian, menciptakan peternak baru dari lulusan sekolah berbasis peternakan dan merubah fungsi ternak bagi peternak. Kreatif dalam memanfaatkan potensi pakan lokal yang ada disekitar termasuk limbah pertanian merupakan salah satu solusi untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah.
Collections
- MT - Animal Science [1203]