Pemrograman Linear Integer untuk Beberapa Skenario Masalah Penugasan Armada pada Maskapai Lion Air
View/ Open
Date
2014Author
Blegur, Fried Markus Allung
Bakhtiar, Toni
Aman, Amril
Metadata
Show full item recordAbstract
Penugasan armada merupakan salah satu proses dalam perencanaan maskapai. Tugas dari penugasan armada adalah untuk menentukan tipe armada yang paling tepat dengan rute tertentu dalam jadwal, sementara mengoptimalkan beberapa fungsi tujuan dan memenuhi berbagai kendala operasional. Salah satu fungsi tujuan dalam penugasan armada adalah memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dengan meminimalkan biaya penugasan. Biaya ini mencakup dua bagian, yaitu operational cost dan passenger-spill cost. Operational cost merupakan biaya mengoperasikan sebuah segmen penerbangan menggunakan tipe armada tertentu dan biasanya mencakup hal-hal seperti biaya bahan bakar (fuel cost), biaya pendaratan (landing fees), biaya penyusutan dan amortisasi (depreciation and amortization), serta biaya layanan penumpang (passenger service cost), sedangkan passenger-spill cost adalah pendapatan yang hilang ketika pesawat yang ditugaskan untuk penerbangan tertentu tidak dapat menampung semua permintaan penumpang. Model penugasan armada dasar yang saat ini digunakan oleh perusahaan penerbangan dalam industri adalah model yang diajukan oleh Hane pada tahun 1995. Model tersebut terdiri dari tiga kendala, yaitu flight cover, aircraft balance dan fleet size dengan fungsi tujuan meminimumkan jumlah biaya penugasan harian. Dalam penelitian ini, model penugasan armada dimodifikasi dengan melibatkan kendala runway take off dan runway landing. Modifikasi model ini diaplikasikan dengan menggunakan data real dari perusahaan maskapai yang memiliki pasar terbesar di Indonesia, yaitu Lion Air. Ada tiga skenario yang ditelaah. Tujuan dari skenario pertama adalah untuk menetapkan jenis armada yang paling tepat untuk penerbangan sambil meminimalkan biaya. Dalam skenario kedua, model dalam skenario pertama dimodifikasi untuk meminimalkan banyaknya pesawat yang diperlukan untuk meng-cover seluruh penerbangan dalam jadwal. Tujuan dari skenario ketiga adalah untuk menetapkan jenis armada yang paling tepat untuk penerbangan sambil meminimalkan bukan hanya biaya melainkan juga banyaknya pesawat yang diperlukan untuk meng-cover seluruh penerbangan dalam jadwal. Demand setiap kota asal-tujuan diperoleh dengan memanfaatkan load factor maskapai, kapasitas tempat duduk, market share maskapai dan pertumbuhan penumpang transportasi udara. Revenue per available seat mile (unit revenue) maskapai diperoleh dengan memanfaatkan harga rata-rata tiket, demand, kapasitas kursi, dan operational cost per jam setiap tipe armada. Unit revenue digunakan untuk menghitung biaya penugasan setiap segmen penerbangan. Untuk skenario pertama, hasil terbaik dari penugasan armada terhadap setiap segmen penerbangan dalam jadwal memberikan biaya penugasan minimum dengan melibatkan seluruh armada yang tersedia. Penugasan yang berbeda dengan hasil ini akan memberikan biaya yang lebih besar. Skenario kedua memberikan jumlah minimum pesawat yang diperlukan untuk meng-cover seluruh penerbangan dalam jadwal, yaitu 95 unit. Satu pesawat yang tidak digunakan akan berlokasi di salah satu hub untuk kepentingan perawatan, parkir dan persiapan untuk tujuan lain. Penugasan dalam skenario ini semata-mata hanya meminimalkan banyaknya pesawat yang diperlukan sehingga total biaya penugasan harian meningkat hingga 8.27%. Dalam skenario ketiga, model dimodifikasi dengan memanfaatkan hasil skenario kedua. Modifikasi model memberikan jumlah minimum pesawat yang dapat meng-cover seluruh penerbangan dalam jadwal, yaitu 95 unit, dengan biaya penugasan yang lebih rendah dari skenario kedua. Pilihan ini dapat dipertimbangkan bila dibutuhkan satu pesawat diistirahatkan untuk kepentingan pemeliharaan.